Aku kedinginan menunggumu disini dengan harap-harap yang terus ku pupuk dengan giat
Dibawah pohon pohon harapan aku termangu diam, sadar harapanku tak kunjung berbuah
Percakapan jam tiga pagi hanya angan-angan serupa orang mabuk hanya buang-buang waktu
Ditengah malam gulita aku mencari seberkas cahaya yang akan menuntunku pulang kediriku
Tak kutemui juga apa yang aku cari aku masih sendiri disini merenungi sisa-sisa percakapan kita yang ternyata terlalu kupaksakan sendiri
Menangis aku menangis tak lagi bersuara, sudah habis energiku untuk mengeluh
Satu waktu aku merasa habis sudah air mataku, satu sisi ingin kurobek hatiku yang menyisakan perih yang tak kunjung usai sementara si pecundang itu telah pergi
Melenggang angkuh seolah tak butuh sehabis berkali-kali ucapkan terimakasih atas hadirku dihidupnya yang kelam.
Pecundang sialan yang membuatku memberikannya cahaya dan meninggalkanku dalam gelap yang tak berujung
Aku pikir kita cukup saling mengenal untuk saling jujur pada satu sama lain ternyata kau lah penipu itu kaulah penjahatnya sekali lagi aku kau sakiti
Pecundang yang membuatku merindukannya ditengah malam sepi, pecundang yang kuanggap sempurna, ternyata hanya seorang pecundang yang bahkan tak bisa menyelamatkan dirinya sendiri.
Tangisku jam tiga pagi dan sakit di tubuhku selama seminggu tak cukup mengobati perih yang kau torehkan saat ini.
Kini wangimu telah pergi, atau memang selama ini kau hanya imaji tak pernah nyata
Kau bukan sosok yang kucari, kau bukan yang kucari
Lelakiku yang baik, sederhana, cerdas, penyayang dan kesepian itu buka kau, itu bukan kau, itu bukan kau lagi
Apa yang harus kulakukan untuk tetap hidup dalam tubuhku ini, sementara aku sudah mati dalam di hati.
0 comments:
Posting Komentar