Senin, 31 Agustus 2015

Cinta dan konsekuensinya


Setiap hal memiliki konsekuensi, kita lakukan ini kita dapat ini, tidak melakukan ini minimal tidak merasakan ini, begitulah jejak langkah kehidupan, lalu bagaimana dengan cinta? Cinta pula memiliki konsekuensi, ada yang mengatakan berani jatuh cinta berarti berani patah hati, cinta konsekuensinya patah, bagiku cinta konsekuensinya adalah pergi.Maka menghindar sebelum terjadi adalah pilihan, tak semudah itu, cinta datang sesukanya, datang disaat yang tidak disangka-sangka, saat kita sadar perasaanmu telah membuat onar dimana-mana, lalu bagaimana kau memperbaikinya? Dengan berpura-pura tak ada apa-apa? Berbohong? Atau diam-diam memperbaikinya? Pergi ? Tak ada yang mudah, hanya atas Izin-Nya juga kau berbalik pergi, atau bahkan kembali, menjadi begitu hina dihadapan Rabb-mu, bahkan rendah dihadapan manusia, semua bisa saja terjadi, seperti saat kau bersikeras melawan hati untuk tak terjatuh, namun kau ternyata tak cukup tangguh.kita tak cukup tangguh, semua berawal dari sana, sejak awal, kau berkata tidak, terkadang keadaan memainkan perannya. Pikiranmu berkata tidak, hatimu berkata ya, lalu kau bersuara “aku tidak tahu” namun gerak gerikmu tersirat, “perjuangkan aku”. Sadarkah kalau itu membingungkannya? Bagaimana kalau ia benar menaruh hati padamu juga? kita memang tidak berlari kencang saat terjatuh, perlahan memang, Tapi sakitnya lebih awetkan?.Saat itu bisa jadi kau telah mempermainkan hatinya, atau bahkan masing-masjng sudah melihat ada cinta. Lalu kau tersentak dari kelenaanmu, “bahwa aku telah pergi terlalu jauh”, kita  mengorek alasan apapun untuk membenarkan rasa itu, bahkan otak cerdik yang kau gunakan untuk menolak semua alasan tak berdalil itu kini berubah bego, mengikuti hati, entahlah mungkin bukan hati. Nafsu barangkali, tapi kitarak pernah sekalipun duduk berdua mengkaji cinta, jangankan berdua berbicara nyata saja tidak ada, lalu keinginan dicintai? Itu bukan nafsukan? Itu kodrat.Lalu hati masih gundah, “Aku sudah terlalu jauh” otak yang disamarkan  menjadi bego itu tak bisa bertahan terlalu lama, banyak yang dituntutnya, cinta dan tujuan, kepastian, masa depan, bukankah cinta meskinya berujung pernikahan, lalu apa ini? kita tidak bisa memastikan ia akan tetap mengharapkanmu 2 atau 3 tahun kedepan, kita tidak bisa memastikan dia yang ada dihatimu adalah jodoh yang Allah pilihkan, kita tidak bisa memastikan tuluskah ia, banyak yang tidak dapat kita pastikan, lalu jalan keluar satu-satunya adalah memilih untuk pergi, setelah kau menariknya keatas perahumu, bukankah terlihat jahat? Jahat memang, itu konsekuensi bermain hati. Ada yang dikorbankan.Telah cinta katakan meski ada konsekuensi untuk cinta yang lebih lagi, meski terlambat aku memilih pergi, karena jatuh selalu meminta diri beranjak pergi demi cinta yang lebih lagi. jatuh dengan cepat ataupun perlahan tidak dapat menjadi pilihan, akhirnya cinta yang masih dini, harus memilih pergi demi ridho Illahi. Tersenyumlah ! cerita cinta paling romantis adalah memilih pergi demi menjaga dirimu dan dirinya demi cinta yang haqiqi.

Related Posts:

0 comments: