Dia itu terlalu takut pada sepi hingga memutuskan untuk berteman dengannya agar Dia tak merasa sendiri.
Dia orang yang menekuk diruang kosong enggan menarik pintu, sebab jatuh hati pada gelap, terlalu takut melihat cahaya yang membiaskan dirinya.
Sebab Dia orang yang mencintai kesendirian karena takut tak mampu mencintai kehilangan.
Dialah orang yang bernyali untuk tak peduli menganggap semua tak berarti sebab mencintai sering menggoreskan duri.
Jangan berharap menarik tangannya dari ruang gelap itu, sebab pikir nya sudah lama suri disudut yang sama.
Usah menuliskan namanya di pasir pantai sebab ia telah bersekutu dengan laut, habislah goresan itu disesap anak ombak.
Sebab Dia pernah bodoh dengan membiarkan diri jatuh sejatuh jatuhnya, tak sadar Dia menggali lobang sendiri.
Sebab dia pernah mempercayai kemudian dikhianati.
Sebab aku tak pernah lagi melihat mata dia berbinar bak cahaya bintang timur yang berkerlipan, meski menatap jauh kedalam kedua bola matanya pun aku cuma melihat lorong gelap yang tak benar benar berkata. Ia telah merusak jendela itu dengan mengubur kuncinya ditanah busuk penghianatan, itulah mengapa ruang hatinya tidak lagi berpenghuni.
Aku tanya kau apa salah Dia?
Bukankah Dia diam ditempatnya, apakah terlalu diam bagimu hingga mengusiknya?
Dia yang menujumu itu apakah kau tak pernah berpikir seberapa kuat dia memegangi tali hatinya, lalu sebab hadirmu yang penuh kepura-puraan membuatnya mengaitkan talinya dengan hatimu.
Cinta apakah selalu penuh kepura puraan?
Padahal cinta cukup sederhana, merasakan dan mengembalikan sudah cukup.
Tanpa janji-janji yang melenakan, pernahkah mereka berpikir bahwa semakin banyak janji semakin banyak pengingkaran.
Dia orang yang menekuk diruang kosong enggan menarik pintu, sebab jatuh hati pada gelap, terlalu takut melihat cahaya yang membiaskan dirinya.
Sebab Dia orang yang mencintai kesendirian karena takut tak mampu mencintai kehilangan.
Dialah orang yang bernyali untuk tak peduli menganggap semua tak berarti sebab mencintai sering menggoreskan duri.
Jangan berharap menarik tangannya dari ruang gelap itu, sebab pikir nya sudah lama suri disudut yang sama.
Usah menuliskan namanya di pasir pantai sebab ia telah bersekutu dengan laut, habislah goresan itu disesap anak ombak.
Sebab Dia pernah bodoh dengan membiarkan diri jatuh sejatuh jatuhnya, tak sadar Dia menggali lobang sendiri.
Sebab dia pernah mempercayai kemudian dikhianati.
Sebab aku tak pernah lagi melihat mata dia berbinar bak cahaya bintang timur yang berkerlipan, meski menatap jauh kedalam kedua bola matanya pun aku cuma melihat lorong gelap yang tak benar benar berkata. Ia telah merusak jendela itu dengan mengubur kuncinya ditanah busuk penghianatan, itulah mengapa ruang hatinya tidak lagi berpenghuni.
Aku tanya kau apa salah Dia?
Bukankah Dia diam ditempatnya, apakah terlalu diam bagimu hingga mengusiknya?
Dia yang menujumu itu apakah kau tak pernah berpikir seberapa kuat dia memegangi tali hatinya, lalu sebab hadirmu yang penuh kepura-puraan membuatnya mengaitkan talinya dengan hatimu.
Cinta apakah selalu penuh kepura puraan?
Padahal cinta cukup sederhana, merasakan dan mengembalikan sudah cukup.
Tanpa janji-janji yang melenakan, pernahkah mereka berpikir bahwa semakin banyak janji semakin banyak pengingkaran.
0 comments:
Posting Komentar