Jumat, 17 September 2021

Standar Kecantikan Wanita Indonesia




Meme mengenai kecantikan wanita berseliweran di dunia maya. Kebanyakan mengagungkan kecantikan wanita dari fisiknya. Alih-alih perempuan dipandang mulia, perempuan kerap kali dianggap sebagai pemandangan saja. Agaknya ujaran "Dunia ini hanya adil untuk kaum good looking, yang nggak good looking nggak dulu deh" benar adanya.  Kalau kamu cantik urusanmu akan lebih mudah, misalnya banyaknya lowongan pekerjaan yang mencantumkan kualifikasi 'berpenampilan menarik'. Tidak dapat dipungkiri seorang wanita yang cantik akan lebih mudah mendapatkan simpati dari masyarakat tidak hanya kaum lelaki. 

Lalu bagaimana kita sebagai perempuan menyikapi masalah standar kecantikan yang hanya akan memuliakan perempuan ketika mereka cantik tanpa memperdulikan kecantikan sejati yang terpenting yaitu kebaikan hati. Apakah sebagai perempuan kita akan terbawa arus insecurity atau mencoba untuk menjadi cantik seperti yang kebanyakan orang ingini ? Haruskah kita memaksakan diri menjadi cantik hingga nyaris kehilangan jati diri ? Aku tahu yang kau inginkan jawabannya adalah tidak kan ? Aku bilang "Tidak" karena aku tahu seperti diriku kita butuh untuk diyakinkan kalau kita cukup, tidak perlu memikirkan standar kecantikan orang-orang yang terlalu mustahil untuk digapai. 

Berdamai dengan standar kecantikan yang semakin hari, semakin mengikis kepercayaan diri kita saat ini tidaklah mudah, hal ini juga bukan berarti kita harus membiarkan tubuh kita tanpa merawatnya. Tetap harus diingat tubuh yang dianugerahkan tuhan adalah tanggung jawab kita. Untuk menjadi sadar akan standar kecantikan yang berlaku tersebut, perlu kita ketahui apakah yang menjadi landasan standar kecantikan tersebut berlaku di Indonesia.

Asal-usul Standar Kecantikan Wanita Indonesia

Standar kecantikan di Indonesia sendiri sudah ada sejak dahulu kala, standarisasi itu disebut-sebut tumbuh dari cerita pewayangan Rama dan Shinta. Digambarkan bahwa istri Rama yaitu Shinta adalah sosok yang sangat cantik, ia bersinar bak rembulan hal ini ditafsirkan bahwa Shinta memiliki kulit yang cantik dan bercahaya.

Seiring berjalannya waktu standar kecantikan di Indonesia berubah mengikuti standar para penjajah. Ketika kaum penjajah datang ke Indonesia mereka juga menjual produk kecantikan dan memperkenalkan produk tersebut melalui media masanya, contohnya iklan sabun palm oil dalam majalah De Huisvrow.

Standar kecantikan di Indonesia terus berkembang kemudian saat bangsa Jepang menjajah Indonesia standar kecantikan wanita di Indonesia  mengikuti kecantikan wanita jepang yang digambarkan memiliki kulit putih dan standar fisik lainnya.

Seiring dengan perkembangan zaman hadir kehadiran produk kecantikan seperti Viva Cosmetic, Sari Ayu, Mustika Ratu mengembalikan persepi masyarakat Indonesia bahwa cantik itu tak harus putih. Namun seiring berjalannya waktu kehadiran produk nivea dan vaseline membuat standar cantik kembali pada kulit yang putih.

Dierah modern ini pemahaman cantik lebih beragam, standar cantik bisa saja datang dari standar kecantikan Korea dan Eropa, yang jelas standar kecantikan wanita Indonesia selalu saja kehilangan jati dirinya. Bagaikan anak remaja yang belum menemukan identitas, standar kecantikan juga memeta-metakan wanita. Seolah wanita adalah barang yang patut diperlombakan. Terkesan tidak manusiawi dan lost identity, padahal alih-alih berusaha keras untuk diterima di masyarakat lebih baik sadar bahwa yang terpenting dalam diri wanita adalah karakternya. Sebab kecantikan luar masih bisa di bentuk namun kecantikan dari dalam hati adalah yang sejati. 

0 comments: