Minggu, 26 Desember 2021

Actually He is Not My Man

My Man adalah nama kontaknya di ponselku beberapa minggu lalu, sebelum dia katakan kita kembali berteman saja. Aku memilih nama itu tentunya dengan harapan agar dia menjadi A Man seorang Pria bukan lagi A Boy Seorang Anak laki-laki. Aku sadar betul dengan siapa aku berhadapan saat itu, seorang anak laki-laki yang belum menemukan dirinya. Tapi aku bodoh, mengambil resiko dengan menyayanginya.  

Ada alasan lain yang mungkin orang lain tidak akan paham, tapi sifatnya yang kekanak-kanakan membuatku merasa dibutuhkan. Dan anehnya aku menyukai itu. Aku senang bisa mengalah dan bersikap sebagai seorang kakak dan ibu baginya, aneh kan? Banyak orang tak akan memahami itu, aku tahu. Aku memaklumi sikapnya, menganggap dia seperti adik laki-lakiku yang manja dan bertingkah semaunya. Dan walau kesal, aku bisa tertawa karenanya.

Fakta kalau aku menyayanginya membuatku lupa bahwa seorang anak laki-laki akan melarikan diri jika apa yang diinginkannya tidak terpenuhi. Karena dia belum selesai belajar, jadi akan mudah baginya membuat keputusan. 

Perasaan bahwa aku adalah kakak dan Ibu baginya, membuatku selalu memaafkannya. Tapi perasaanku sakit, aku nggak suka kalau aku nggak dijadikan prioritasnya. Aku nggak bisa nerima itu. Aku kesal. 

"Aku masih muda, dan aku masih pengen main-main" adalah kalimat paling selfish dan paling kubenci dari dia. Bagaimana bisa dia menganggap aku mengekangnya, padahal yang paling kubutuhkan adalah keyakinan bahwa aku berarti untuk dia. 

Sekarang aku mau dia tahu salah satu hal yang paling kubutuhkan dalam hubungan adalah kalimat, "Ayo kita kejar mimpi kita sama-sama". Aku selalu bilang, aku nggak akan masalah dia pergi main kemana dan sama siapa pun, asalkan aku tahu pasti aku diprioritaskan. Namun sekarang aku sadar dia manipulatif dan merusak mentalku. Membuatku merasa diriku tidak cukup baik.

Lagipula, jika dia adalah A Man ia mengerti ketika dia memutuskan untuk menjalin hubungan artinya dia sudah rela tatanan hidupnya yang biasa berubah. Tapi dia cuma A Boy yang sibuk melihat dunia luar dan bermain kesana-kemari. Akan sangat melelahkan bila kamu A Woman harus berhadapan dengan A Boy. Karena A Woman hanya akan berpasangan dengan A Man. 

Tapi saat aku menulis tulisan ini aku sudah memaafkannya, aku hampir sudah merelakan semuanya dan mengambil pelajaran. Jika dia membaca tulisan ini aku ingin menyampaikan satu pesan.

"Aku kecewa dan aku marah tapi aku sudah memaafkanmu, aku percaya kau adalah orang baik yang belum selesai dengan pelajaran hidupmu dan kau akan belajar dari itu semua,"

22/11/2021

0 comments: