Jumat, 14 November 2014

Kenangan cinta pertama


               Sembilan tahun bukan waktu yang singkat untuk menyimpan perasaan. Membiarkan ribuan pandangan berlalu dalam diam. Hanya teman. Membiarkan ribuan percakapan hanya berlalu dalam endapan. Cinta. hanya menyimpannya. Membiarkan rasa itu tersimpan, walau sebenarnya ia berontak, entah kapan meluap
            Pagi ini seperti pagi-pagi yang lain. Sejak saat itu. Sepi itu kian meluap, menenggelamkan seluruh cita-citaku semakin jauh. Jauh. Dan mungkin akan hilang, hanya waktu, yang menjawab.
Kulewat di trotoar jalan perkompleksan pondok indah di kawasan Batam center, di bawah pohon mahoni yang rindang. Sengaja kulewati jalan-jalan ini. Untuk mengenangmu. Sesekali kulihat sepedamotor dan mobil-mobil sedan yang melintas. Seketika otakku kembali  memutar kisah 5 tahun yang lalu.
Masih kuingat saat kita SD dahulu. Kita sering berlomba lari.
“sa! Kita lomba yok, siapa yang  paling cepat sampai rumah nanti yang kalah nraktir es kri
em?” teriak erik sambil berlari mendahuluiku.
“ok. Tapi kau curang, lari duluan.”teriakku sambil berlari menyusul erik yang sudah jauh.
            Ketika SMP. Kami sering naik sepeda melewati jalanan ini, terkadang kami juga berlomba siapa paling cepat kerumah. Erik sangat jago berlari dan bersepeda. Terkadang aku melakukan cara licik untuk mengalahkannya.
            Tiada yang kekal kecuali perubahan. Seperti persahabatan kami. Kuingat saat terakhir kami jalan bersama dibawah langit senja Februari. 3 detik yang mengubah semuanya. Aku tahu semua akan berubah setelah itu tapi aku tak mampu lagi memendam perasaan yang semakin menyiksa apalagi setelah kedatangan aleen.
             “rik.. aku ingin mengatakan sesuatu padamu !” ungkapku serius.
  “apaan sa?”erik bertanya dengan wajah yang biasa saja. Ya… seperti saat aku menanyakan rik dimana ya, Ada penjual baterai jam?. Rik habis pulang ini kau mau kemana? .dan pertanyaan-pertanyaan biasa lainnya. Aku tahu dia benar-benar tidak menyangka.
  “Aku tahu aku mungkin sudah gila. Aku tahu mungkin semua akan berubah setelah ini. Tapi aku tak perduli.” Jelasku penuh emosi .  “ada perasaan tidak suka saat kau bersama aleen, perasaan kesal saat kau membicarakannya, ingin kau selalu bersama ku.”
Ya tentu saja kita akan selalu bersama” tegas erik, dalam wajah agak sedikit bingung.  “tapi kenapa kau tidak menyukainya? Ada masalah apa….”belum selesai erik berbicara aku memotong perkataanya.
  Kau lah masalahnya!tegasku penuh emosi.
Ha! Maksudmu? Hei ada apa denganmu? Kau sakit?” Tanya erik dengan wajah polos.
Ya aku sakit…aku sakit melihatmu bersama aleen” ucapku kuat dan gemetar.
Apa?” Tanya erik seakan tak percaya.
“aku menyukaimu” ucapku dengan suara  lirih.
Erik tersenyum terpaksa, bisa kulihat wajahnya yang seketika berkeringat. Dia biasa seperti itu ketika menghadapi situasi yang sulit, “aku harap kau bercanda”.  Ucapnya lagi seakan masih tak percaya.
Aku menyukaimu, aku cinta sama kamu!, aku serius “. Kata-kata itu terlontar dari mulutku dengan lantangnya. Perasaan hatiku meluap-luap, yang kupikirkan saat ini hanya, aku harus mengungkapkan perasaanku  itu saja.
Kau, kau sudah mengatakannya. Maka kita tak bersama lagi”. Baik, baik kudengar apa yang dikatakan Erik itu, aku tersentak sejenak mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya. Aku tahu 98 % perasaan erik kepadaku, aku tahu mungkin ini adalah kemungkinan terbesar yang akan ku terima . saat mendapati kenyataan itu. Rasanya lebih sakit dari yang kubayangkan. Benar-benar sakit. Rasanya hatiku bagai ada yang mengiris-iris. Saraf ku seakan berhenti bekerja. Bibirku terasa kaku. Air mataku tak terbendung lagi menganakkan sungai. Rasanya tungkaiku tak sanggup lagi menopang tubuhku. Lama aku berdiam  menunduk dengan wajah yang penuh air mata. Tapi aku mengumpulkan kembali keberanianku untuk bicara. Kuangkat perlahan-lahan wajahku, sambil menghapus  air mata dipipiku.
Apa maksudmu?” aku bertanya dengan lirih hampir tak terdengar. Kutatap kedua matanya, mencoba menyelami perasaannya.
Maaf kan aku, aku tidak bisa menerima cintamu. maafkan aku yang terlalu bodoh untuk nggak bisa, mengartikan perasaanmu . tapi aku mohon jangan pernah menangis untukku!.” Aku masih terdiam membisu mendengar kata yang terucap dari bibirnya, air mataku terasa ingin jatuh lagi. Bibirku bergetar.hatiku terasa teriris lagi.
Apa karena aleen?” Tanyaku sambil menatap kedua bola matanya. Mencoba menangkap semua perasaanya.
Ya . itu salah satunya. “. Erik menjawab  sambil membalikkan badan. Membelakangiku.
            Air mataku terasa tak terbendung lagi. Aku sudah tahu jawaban ini. Aku menangis, dadaku terasa sesak, begitu sesak, napasku tersendat-sendat. Menangis sesenggukan.
Mendengar suara tangisanku.  Spontan Erik membalikkan badanya. dengan penuh  emosi erik membentakku . “jangan menangis!  Sejak kapan kau menjadi cengeng kayak gini?“. Bentaknya, seraya menatap lurus kearahku .  Aku tersentak kaget. Aku masih saja berdiam  kutatap dalam-dalam kearah matanya. Ada perasaan yang tak bisa ku mengerti disana. “Kau sekarang menjadi benar-benra bodoh, lawakan macam apa ini? Alysia Angelina menangis seperti bayi?, sejak kapan kau menjadi seperti wanita gini?”. Tanyanya dengan wajah lebih tenang dan sedikit senyum tipis. Aku masih saja terdiam  Dan menangis  sesenggukan. Kutundukkan wajahku dalam-dalam ku sembunyikan wajahku dibalik  rambut hitam sebahuku, aku tak tahan melihat senyum mengejekknya. Oh… pria ini disaat seperti ini masih saja sempat mengejekku,gumamku dalam hati.
Didalam tangis yang bersembunyi dibalik rambutku. Aku merasakan tangan lembut meraih daguku. Sekarang posisi kami berhadap-hadapan dengan  kedua tangan erik megangkat wajahku, dengan tatapan mata kemata, “ sudah ku bilang jangan menangis!” serunya dengan suara  yang lembut. Ku tatap lekat-lekat wajahnya yang di timpa sinar keemasan senja, rasanya ingin ku luapkan semua perasaan ini Kepadanya. Tangan kanan dan kirinya  tiba-tiba kurasakan telah berada dipipiku, mengusap air mataku dengan lembut. Aku tertegun, kunikmati, setiap detik demi detiknya. “ kau gadis yang sangat baik aku menyukaimu, kau tahu itu. Tapi untuk bersama maaf aku tak bisa.” Ucapnya dengan nada yang lembut. Tapi dihatiku itu benar-benar sangat menusuk.  mataku kembali berkaca-kaca. Air mata itu sudah tidak sabar lagi ingin jatuh.
Rapp,,, Erik menarik tubuhku ke pelukannya.  Aku meneggelamkan wajahku ke kemeja putihnya. Tangan ku menekuk kearah dada menopangkan badan, diatas dadanya.  Dan kembali menangis ! “ kubilang jangan menangis!” seru erik lagi dengan nada penuh penekanan. Kurasakan tangannya memeluk erat tubuhku di pelukanya. ku hirup aroma tubuhnya. Kurasakan detak jantungnya. Kini aku benar-benar sulit mengartikan  perasaanya. mungkin ini adalah kesempatan pertama dan yang terakhir bagiku jadi aku sungguh menikmati nya . sekarang kami berpelukkan erat dibawah pohon mahoni itu. Tak perduli sepeda motor dan mobil yang sesekali lewat, ataupun orang-orang yang memerhatikan kami. Lama juga kami berada dalam posisi  seperti itu sampai Erik melepaskan pelukkanya, dan sampai aku mulai tenang.
Buka lah lembaran baru untuk hatimu, lupakanlah  aja aku. Aku nggak pantas untukmu. Jika kau benar-benar mencintai aku!” katanya sambil menggenggam erat kedua tangan ku. Hatiku berdebar-debar, Napasku seperti tertahan. perasaan ini selalu kurasakan saat dia menatap mataku. “ jaga dirimu untuk orang yang benar-benar sepenuh hati mencintaimu!” aku terpaku menatap wajah tampannya dalam-dalam. Kemudian dia berbalik. Melangakah menapaki trotoar jalan yang lampu jalannya mulai hidup satu persatu seiring ia berjalan. Aku menatap punggung bidang itu dengan tatapan mata nanar. Perasaanku campur aduk,  aku merasa kalau hatinya milikku, tapi  kenyatannya, dia tak pernah mencintaiku. Ku pandangi terus badan tegap, dan rambut hitamnya yang ditimpa sinar kemerahan senja yang hampir berakhir itu, aku berharap sekali ia menoleh kebelakang  seperti adegan-adegan film yang pernah aku tonton mereka bilang jika ia menoleh kebelakan berarti ia berharap kau disisinya. Tentu saja itu tak akan berlaku untukku, bila dia menoleh kebelakang mungkin karena ia mendengar teriakanku atau hal-hal ganjil. Dia semakin jauh… dan menghilang di pertigaan. Aku tak kuasa menerima kenyataan bahwa dia benar-benar pergi meninggalkanku dengan cinta ku dibawah pohon mahoni tua ini, tungkaiku terasa tak mampu menahan tubuhku, aku terjatuh dengan kaki ditekuk kebelakang seperti posisi duduk. Aku menunduk, dan wajahku tertutupi oleh rambut hitamku. Aku melampiaskan semua perasaanku,  sakit,  marah, bingung, dan hati yang berharap. Kutumpahkan semua lewat air mata. Hampir setengah jam aku menangis sesenggukan, dengan posisi terduduk, di bawah pohon mahoni tua itu, ketika aku sudah puas menangis aku perlahan-lahan berdiri.  disekitarku sudah gelap. Lampu-lampu jalan dan lampu taman sudah menyala semua, air mancur di taman pun sudah menyala-nyala lampunya. Aku memutuskan untuk pulang orang tuaku pasti mengkhawatirkanku. Aku berjalan menyusuri sepanjang trotoar jalan, tanpa gairah, dan dengan tatapan kosong. Jalanan pun masih sepi, maklum masih jam shalat maghrib. aku berbelok kekanan ke jalan melati setelah mendapati pertigaan, kemudian menyusuri jalan-jalan perkomplekan lagi . dan berhenti pada satu rumah minimalis bercat putih, yang kelihatan anggun di terpa sinar rembulan yang terang malam ini, ku coba untuk menata perasaan dan mencoba mengukir senyum di bibirku. Bersikap seperti tak ada apa-apa. Gumamku dalam hati.
            Keesokan hariny akau tidak sekolah, aku merasa tak enak badan, tidak bersemangat, juga tidak berselera melakukan apapun. Aku memutuskan untuk berdiam diri di dalam kamar.
            Ternyata ketidak hadiranku dikampus sampai ketelinga Erik.
Rik kau tahu nggak sich? Si Alis kenapa?” Tanya sahabatku Ling. Seorang cewek cantik bermata indah peranakan Cina itu, yang sengaja mencari Erik untuk meanyakan perihal perubahanku.
Erik hanya terdiam. Dengan pandangan mata lurus kearah bunga-bunga yang baru mekar, raut wajahnya berubah. Dia sudah menduga semua ini akan terjadi.
Dari semalam tu, sms aku nggak di bales, aku telepon juga nggak diangkat. Terus tadi dia nggak masuk dan nggak ngasih kabar, ya udah deh aku tadi pagi kerumah dia” jelas Ika.
Erik masih saja terdiam. Dengan tatapan mata kosong.
Dan kau tau nggak, tatapan dia itu buat aku menderita banget, tampilannya menyedihkan kali lah pokoknya, matanya bengkak, merah”. Jelas ika dengan sedikit penekanan.
Erik seketika langsung menoleh kearah Ika. Memastikan bahwa yang dikatakan  Ika  adalah benar.
Yang parahnya lagi. Aku ajak ngomong dia nggak ngerespons sama sekali cuman bengong aja, parah deh pokoknya, aku pikir kau tahu kenapa”
Erik yang ditanya hanya terdiam saja. Melihat tingkah lakuu Erik yang tidak biasa ika pun bertanya pada Erik,” Erik kau kenapa sich rik?, diajak ngomong diam aja, muka mu itu juga lesu banget. ada apa sich antara Kalian berdua?”
Matanya masih saja melayang pada bunga-bunga mawar didepan taman, entah apa yang dipikirkannya“gak papa kok”. Jawab Erik singkat.
Melihat tanggapan Erik yang begitu singkat dengan volume yang rendah, layaknya orang-orang yang tidak punya semangat hidup lagi, spontan Ling sebal “ih,,, sebell sich lihat Erik ni”. Gerutu Ling dengan raut wajah cemberut dan berlalu dari hadapan Erik.
            Mendapati kejengkelan Ling terhadapnya. Erik bukannya meminta maaf, malahan dia masih terdiam di bangku taman sambil pikirannya melayang entah kemana, walau matanya tertuju pada bunga-bunga mawar merah didepannya.
           
“Udah dua hari Erik nggak keliatan, dia kemana ya?”Tanya Ika kepadaku”
            Seketika tanganku berhenti memainkan sedotan jus yang beberapa hari ini menjadi teman bengongku di kantin demi mendengar pertanyaan Ling. “iya ya?” tanyaku. Pikiranku melayang kemana-mana.
            Ditanya malah balik nanya, sebenarnya kalian berdua ada apa sih?, aneh banget”. Tanya Ling penuh selidik.
            Aku terdiam menanggapi pertanyaan ika, begitu banyak pertanyaan-pertanyaan dikepalaku seputar ketidak hadiran erik di kampus.
            Jadi kau bener-bener nggak tau ya?” dengan raut wajah kecewa Ika memberi kesimpulan akan sikapku.
            Seorang pria berkemeja lengan pendek motif kotak-kotak yang di padu oleh dalaman kaos tipis ditambah celana jeans model sekarang berjalan menuju kantin, dengan raut wajah lesu.
Aku langsung berjalan kearahnya.meninggalkan ika yang masih asyik dengan pikiran dan burgernya. “Aku yakin dia pasti tahu sesuatu tentang Erik”. Gumamku.
Bintang!, aku mau nanya sesuatu sama kamu” sambil menarik lengannya ke bangku tempat aku dan ika duduk.
Apa”? Tanya heru dengan lesunya.
Kamu tahu Erik kemana?” tanyaku dengan tidak sabaran bercampur cemas.
Itu…aku tidak mengerti apa yang ia pikirkan”.
Mendengar jawaban Bintang aku teringat kejadian  beberap hari yang lalu.
“Maksudmu?
“Datangi saja rumahnya!” usul Bintang. “Nanti kau akan tahu sendiri.” Seraya berjalan keluar dari kantin.
“Ada apa sih dengan Erik”. Gumamku.  aku jadi cemas, dan berpikir mungkin hal-hal yan buruk terjadi pada erik.
Aku langsung menyambar tasku dan berlari keluar kantin.
“Kamu mau kemana?
“Mau kerumah erik”
“Bareng mobil aku aja...
Aku tidak mendengar jelas perkataan Ling karena sudah terlalu jauh. Kukeluarkan sepeda motorku dari parkiran. Secepat-cepatnya aku menuju kerumah erik. Perasaan khawatirku bertambah dalam. Kepacu sepeda motorku sekencang-kencangnya.
“Sial. Gumamku. Aku terjebak macet. Aku memutar otak bagaimana cara cepat sampai kerumah Erik, sementara rentetan kendaraan ini begitu panjang.
“Nunggu lancar, bakalan lama kayaknya. Pikirku. Atau aku berjalan kaki saja, lagi pula rumah Erik hanya sekitar 1 kilo meter dari sini.
Tanpa pikir panjang lagi aku  mencari tempat yang tepat untuk memarkirkan sepeda motor untuk sementara waktu.
Kemudian aku berlari sekencang-kencangnya. Seakan aku tak perduli apapun yang ada disekelilingku. Yang ku pikirkan hanya Erik. Apa yang terjadi dengannya. Apa yang sebenarnya yang dia lakukan. Pikiran-pikiran negatif membayangi pikirannku. Aku ketakutan.
Perjalannan yang kutempuh hampir setengah kilo dan keringatku bercucuran, napasku ngos-ngosan, dan tungkaiku sudah kelelahan, aku memperlambat lariku. Setelah hampir sampai di gerbang perkompleksan Erik. Aku menyebrang tidak sabaran dan sepertinya kendaraan-kendaraan ini juga tidak sabaran. Aku merentangkan tangan mencoba menahan agar mobil yang lewat pelan-pelan tapi beberapa malah membentakku karena menyebrang ditempat yang salah dan tergesa-gesa.
            Sebuah mobil sedan hitam datang dari arah yang berlawanan dengan kecepatan tinggi, melihatku yan menyebrang dengan tergesa-gesa dan tiba-tiba, mobil itu langsung mengerem
Ciiiiittttttt suara ban mobil beradu dengan aspal, dan ban belakangnya hampir terangkat . gedubrak...secepat kilat mobil itu seperti terdorong dengan cepat dan aku panik tak sempat untuk berlari.
Mata ku berkunang-kunang. Kurasakan ada cairan yang keluar dari kepalaku. Kemudian. Gelap.
Samar-samar kulihat langit-langit putih, lampu pijar dan bau obat-obatan. Suara-suara percakapan dan tangisan. Semua semakin terdengar jelas. Ibuku yang sedang menangis aku kenal itu, dan suara ayahku, serta adik dan sanak familyku.
Aku  mencoba menggerakkan badanku, tapi terasa begitu sulit, tanganku di pasangi infus, dan dihidungku mungkin alat bantu pernafasan,
            Aku mencoba bersuara, memanggil ibuku. Tetapi terasa begitu sulit.
“a....am...ma....ma....” panggilku lirih
“semua yang ada diruangan terdiam, dan mendekat kearahku. ayahku memanggil dokter.ibu mendekatiku dan menangis bahagia, begitu juga adik dan bibiku mereka semua kelihatan bahagia.
Kata ibu aku telah telah tak sadarkan diri selama 2 hari. Untung saja pendarahan diotakku tidak terlalu parah.
            Aku kembali teringat pada erik.
Ibuku yang sedari tadi duduk sampingku ternyata membaca perubahan raut wajahku.
“Erik tadi datang kemari. Titip ini sama kamu.
Sebuah kotak berwarna pink. Ada lampu cantik berbentuk bintang. Lalu ada  surat. Beramplop pink. Dan berhias hati,


 Untuk alisa
Ternyata kamu itu masih aja bodoh ya!
Nyebrang gak hati-hati
 aku gak bakal bisa maafin aku  diri aku sendiri kalau kamu kenapa-kenapa karena aku.
Aku tu sayang sama kamu.
Oya hari ini aku berangkat ke jepang. Aku bakal netap disana sama orang tuaku.
Nanti kalau pulang aku bawain bunga sakura deh.  Kamukan nggak suka coklat atau makanan lagi kalau kamu nangis. Tapi kamu jangan nangis banyak-banyak. Soalnya bawa bunga sakura  susah kalau banyak-banyak..
Oh iya ....
Sekarang aku nggak perlu cemas lagi kalau kamu aku tinggal pergi.
Soalny aku udah metikin bintang untuk nemani malammu yang gelap. Cuman satu bintang yang bisa aku petik karena cuman dia yang paling dekat.
Cuman ini yang bisa aku sampaiin.
Tetap jadi cewek perkasa.

Tertanda
Erik

Nggak terasa air mataku jatuh. Semudah itu dia pergi dan ngingkarin janjinya. Kuraih lampu cantik berbentuk bintang itu dari kotak. Kemudian ku lemparkan. Tidak ada suara lampu itu terjatuh. Seseorang telah menangkapnya. Bintang ?. diikuti oleh Ling dari belakang.
“Akhirnya kamu sadar, begitu dengar kamu udah sadar aku langsung kesini! Jelasnya dengan senyum lebar, tak pernah aku melihat seorang Bintang tersenyum seperti ini.
Ling memeluku. “Alis ku sayang kamu sih nyebrang gak pake hati-hati, ceroboh banget sih, gak sabaran.
“Eh ini lo nak bintang, yang ngantarin kamu kerumah sakit” sela mamaku. Dari semenjak kamu nggak sadar dia selalu disini jagain kamu”
Benarkah itu? Pikirku. Kulihat ekspresi wajahnya. Untuk seorang Bintang yang begitu dingin ternyata mau melakukan itu? Apa gerangan yang terjadi. Melihat ekspresi wajahnya kulihat senyum tulus, tak pernah sebelumnya.
“Elis...elis...” suara seorang pria yang familiar memanggilku dari belakang. Cowok ya ng selama ini suaranya selalu menghiasi setiap hari-hariku.
Aku kaget. Dan berbalik “kamu kok tahu aku disini?”
Dia keluar dari dalam mobilnya. Berjalan menuju kearahku. Seperti biasa dia selalu tampak keren. Dengan gayanya yang cool. Nyaris setiap cewek akan jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi itu tidak berlaku padaku.
Dia mendekatkan wajahnya  dengan wajahku “apa yang aku gak tahu tentang kamu? Jawabnya dengan bangga. Aku hanya tersenyum. “Tada... .” seikat mawar merah ada dihadapanku.
“Thank you” aku tersenyum padanya. Dia membalas senyumanku.
Kutatap kedua matanya dalam-dalam. “aku mohon tolong buat aku cinta sama kamu bintang”
“i always” jawabnya lirih. Dan tangannya merengkuhku dalam pelukannya.

S    E    L    E  S    A   I
jangan tanya kenapa aku bisa nulis kayak gini. akupun terkejut.saat itu aku bukan aku kalee. masih labil drakor.

Related Posts:

0 comments: