Senin, 07 Maret 2016

Bungkam


Ada saatnya kamu tak bisa berucap, karena kamu pikir semua akan lebih baik tanpa membagi masalah. tapi tak semudah yang dikira. Tak seremeh itu. Kamu meski menyembunyikan wajahmu berkali-kali. Terkadang bahumu kau balik kebelakang, menata senyummu, seolah kau tak pernah merasa apa-apa.

Bersembunyi terus menerus bertahun-tahun terkadang melelahkan juga, bagaimana bisa seorang manusia bahkan tak punya seorang yang bisa kau ajak menangis bersama. Sebenarnya mereka ada, namun kau tak bisa memperlihatkan betapa rapuhnya kau, betapa sering tak lelap tidurmu, betapa kau tak ingin terlihat betapa lemahnya kau tanpanya. Berpura-pura kuat sambil berteriak, “pergi saja” sambil memohon.

Banyak yang ingin kau tentang, namun terpaksa kau lupakan, banyak yang kau sesalkan namun tetap menelan, banyak yang kau ingin katakan tapi tertahan, bertahun-tahun. Melihat orang yang paling berarti dalam hidupmu, jelas-jelas terluka, kau ingin melarikannya pergi. Namun kakimu tak sampai. Kau hanya memeluknya, kemudian menumpuk luka itu, berhari-hari berbulan-bulan, bertahun-tahun.

Kau ingin berteriak jelas-jelas berteriak, didadamu penuh sesak. bahkan tak kau pikir lagi dirimu sendiri. mungkin kau benar-benar muak, sampai kau memutuskan untuk pergi, berharap ketika kembali keadaan tidak semenyedihkan ini. tapi kau temui kenyataan yang bersimpangan. Menenggelamkan harapanmu. Sekarang kau harus menggali, dan sementara mengubur ambisi-ambisimu, membebaskannya, menyunggingkan senyumnya, menambal lukanya.




Related Posts:

0 comments: