Minggu, 01 Mei 2016

Santri, Budaya Malu dan Percaya Diri


Banyak orang yang memilki keinginan dan harapan yang tinggi namun tidak punya keberanian untuk memperyanggung jawabkan mimpi-mimpinya. Misalnya saja seorang anak ingin mendapatkan nilai bagus dari gurunya, padahal ia tergolong anak yang pintar namun karena ia tidak memilki kepercayaan diri, alhasil ia gagal mendapatkan apa yang diinginkanya. Lain halnya dengan anak yang biasa-biasa saja namun memilki kepercayaan diri maka ia mendapat nilai yang bagus.
Kasus ini mengajarkan kepada kita bahwa karakter itu lebih diutamakan dari pada kemampuan otak atau IQ, bukan berarti malu itu tidak boleh, hanya saja malu harus diposisikan pada tempatnya. Malu dalam bertanya ketika dosen atau guru menyampaikan ilmu bukanlah contoh malu yang patut ditiru.
Kebiasaan hidup santri yang tertutup dan mengedepankan rasa malu, terkadang terbawa sampai ke bangku perkuliahan, artinya beberapa malah kurang pandai menempatkan rasa malu tersebut. atau mungkin karena terbiasa dengan suasana yang terlalu tenang dengan rasa malu. Oleh karena itu rasa malu perlu dipupuk sesuai dengan tempatnya, dan percaya diri juga perlu dikembangkan dalam diri karena salah satu kunci menuju sukses adalah memilki rasa percaya diri yang tinggi.
Dalam mengembangkan percaya diri dan mengatasi rasa malu yang berlebihan, hal yang harus ditanam dalam diri pribadi adalah tekad dan semangat untuk berubah, tanpa hal ini mustahil akan dapat memangkas rasa malu yang berlebihan dan menumbuhkan rasa percaya diri.
Kemudian ketidaknyamanan juga menjadi faktor menurunnya kenyamanan dalam diri, oleh karena itu kuncinya adalah mencari kenyamanan diri, dengan cara menelisik hal yang menjadi ketidaknyamanan dan memperbaikinya, singkatnya berupayalah untuk tampil sempurna.
Ketidaknyamanan tidak akan berarti apa-apa jika anda memilki satu hal yang menjadi fokus sukses, mungkin kita memang lemah dalam satu hal namun Allah telah berfirman bahwa setiap orang memiliki perannya, artinya semua manusia memiliki kelebihan sendiri. intinya fokuslah pada kekuatan, bukan pada kelemahan.
Setelah berupaya mengatasi ketidaknyamanan dan fokus pada kekuatan, namun belum berhasil memuaskan, satu hal yang harus kita kedepankan adalah rasa syukur, dengan rasa syukur jiwa akan merasa tenang dan tidak putus asa tetap berpikir postif karena, dari mindset yang positif akan keluar tindakan yang positif pula.
Hidup adalah sebuah kompetensi panjang, banyak lawan-lawan yang datang silih berganti, satu cara untuk menghadapi mereka adalah rasa percaya diri, dan setiap orang pasti memiliki kelebihan yang terkadang membuat kita menjadi iri, ketika iri maka akan timbul rasa kurang suka dan ingin menjatuhkan lawan, hal yang patutnya kita lakukan adalah jangan menjelek-jelekkan atau menggosipkan orang lain dibelakang. Menghindari hal tersebut akan menenangkan hati.

Dan yang terpenting adalah jangan menyerah, karena dengan menyerah semua proses yang terlewati akan hangus tak berarti. Percayalah hanya orang yang pantang menyerahlah yang dapat mengecap manisnya kesuksesan.

Related Posts:

0 comments: