![]() |
www.pexels.com |
Assalmualaikum Bintang, dari sini aku mendengar suka citamu. Kita jauh, seperti rupa benang kusut berwarna merah ini yang tak kunjung bertemu ujung. Aku hampir lupa bahwa hari ini pernah begitu berarti bagimu, meski hanya aku dan mungkin dengan terkamu juga kau tahu itu.
Awalnya aku tahu dari halaman maya itu, hingga aku rapal di benakku.
Aku menulis ini bukan untuk menanyakan kabarmu. Hanya sekedar rindu masa-masa
dimana dua jiwa dihadapkan pada satu rasa, yang menuntun keduanya menjajaki
tujuan masing-masing.
Cuma ingin ucapkan padamu, telah bertahun sejak kita bertemu
dan tak sengaja bersitatap dirumah-Nya kala
itu, kau menegur kesalahanku kemudian aku menjadi begitu akrab dengan kesalahan
yang ku buat dan setelah kau pergi, aku menjelma kau. Dan maaf karena
kealpaanku yang masih diam-diam membaca
tiap bait aksaramu, dulu hingga kini didinding maya itu. Menerka-nerka tiap
kata yang kau saji. Aku memutuskan berhenti sejak aku tahu aksara kita berlawan
jauh.
Malam ini hampir habis dan terganti dengan hari baru, hari setelah
sekali lagi aku, tak mampu untuk tak mengingat hari lahirmu ini. Hari dimana
aku tak bisa sekedar berkata, Barakallah fi umurik Bintang, semoga sisa umurnya
berkah. Kalau kau mau anggap saja ini balasan saat terakhir kau mengirimiku
pesan dan tanpa balasku, waktu yang jauh dari hari ini.
Aku tak punya kado istimewa untuk merayakan bertambahnya usiamu, tapi asal kau tahu saja, ini kejujuran terbodohku.
Hari ketiga belas di bulan hujan, Tahun ke-empat indraku tak
menangkap siluet tubuhmu.
0 comments:
Posting Komentar