Tuan,
setelah terik siang kau pasti hadir, sekedar menyapa atau melontarkan senyum
yang aku tak paham apa. Tuan tahukah beberapa hari setelah terik. Aku. Bukan,
hatiku sudah mengenal gerik itu. Tapi lagi, aku dihadapkan pada teka-teki yang
tak bisa kujawab. Bahkan sekedar mencari tahu aku tak mau.
Lirik derik jarum jam di ruangan ini, sudah berapa waktu yang lewat, hampir
berlalu musim ini. Berapa waktu yang kau habiskan mengabsahkan niat, atau
entahlah mungkin kau hanya sekedar bergurau, aku tahu itu kesukaanmu bukan?
Aku
tidak banyak mengingat hal tentangmu, tuan sang pemimpin tampan, yang menyukai
kegilaan. Jika kau mengajakku menjadi gila bersama, kau tak akan bisa. Apa kau
yakin akan menerima jika aku ternyata jatuh cinta pada kunang-kunang, apa jenis
yang sama dengan yang kau rasa. Jika kau memintaku menyebutkan 20 kata tentang
cinta, bagaimana jika aku hanya bisa menulis satu kata. Jika kau meminta waktuku, lalu aku memohonkan kau pergi memetik dandelion utuh, kau tak
akan bisa. Apa yang kita perlu dudukan dan ceritakan ?
Aksara
ini tak menuntut jawab Tuan, cukup
diamkan. Karena aku pun tak tahu menyebut ini awal dari apa, maka sebelum
berawal anggap bukan apa-apa. Nyaman bukan ketika kita bisa tertawa lepas
seperti diri kita. Sayang sekali bukan, musim akan segera berlalu Tuan?
0 comments:
Posting Komentar