Kamis, 08 Desember 2016

Tuan, Musim Segera Berlalu


Tuan, setelah terik siang kau pasti hadir, sekedar menyapa atau melontarkan senyum yang aku tak paham apa. Tuan tahukah beberapa hari setelah terik. Aku. Bukan, hatiku sudah mengenal gerik itu. Tapi lagi, aku dihadapkan pada teka-teki yang tak bisa kujawab. Bahkan sekedar mencari tahu aku tak mau.
Lirik derik jarum jam di ruangan ini, sudah berapa waktu yang lewat, hampir berlalu musim ini. Berapa waktu yang kau habiskan mengabsahkan niat, atau entahlah mungkin kau hanya sekedar bergurau, aku tahu itu kesukaanmu bukan?
Aku tidak banyak mengingat hal tentangmu, tuan sang pemimpin tampan, yang menyukai kegilaan. Jika kau mengajakku menjadi gila bersama, kau tak akan bisa. Apa kau yakin akan menerima jika aku ternyata jatuh cinta pada kunang-kunang, apa jenis yang sama dengan yang kau rasa. Jika kau memintaku menyebutkan 20 kata tentang cinta, bagaimana jika aku hanya bisa menulis satu kata. Jika kau meminta waktuku, lalu aku memohonkan kau pergi memetik dandelion utuh, kau tak akan bisa. Apa yang kita perlu dudukan dan ceritakan ? 
Aksara ini tak  menuntut jawab Tuan, cukup diamkan. Karena aku pun tak tahu menyebut ini awal dari apa, maka sebelum berawal anggap bukan apa-apa. Nyaman bukan ketika kita bisa tertawa lepas seperti diri kita. Sayang sekali bukan, musim akan segera berlalu  Tuan?





Related Posts:

0 comments: