Amanah menurut istilah artinya
perilaku yang tetap dalam jiwa, dengannya seseorang menjaga diri dari apa-apa
yang bukan haknya walaupun terdapat kesempatan untuk melakukannya, tanpa
merugikan dirinya di hadapan orang lain. Dan menunaikan kewajibannya kepada
orang lain, walaupun terdapat kesempatan untuk tidak menunaikannya tanpa
merugikan dirinya di hadapan orang lain.
Menjaga amanah merupakan hal yang
sangat sulit, apalagi ketika disuguhi ujian-ujian yang melenakan, bayangkan
saja saat kita berada dipadang terika dengan keadaan haus dan kelaparan, namun
kita diamanahkan untuk terus berpuasa, tiba-tiba mucul es kelapa muda didepan
mata, barang tentu es kelapa muda tersebut menjadi ujian bagi keteguhan kita
memegang amanah.
Tidak pelak lagi memegang amanah
memang sulit, apalagi dengan keadaan dunia yang seperti sekarang ini, bahkan
banyak para petinggi yang berpendidikan, tidak mampu memegang amanah. Dapat
kita saksikan sendiri berapa banyak pejabat pemerintahan yang digiring
kepengadilan dikarenakan tak sanggup menjaga amanah yang embankan. Ini
membuktikan kepada kita bahwa orang yang menjaga amanah bukanlah orang yang
sembarangan, pendidikan tinggi dan pangkat yang tinggi tidak menjamin seseorang
dapat menjaga amanah.
Sesungguhnya
setiap manusia dimuka bumi ini diembankan amanah, karena amanah bukan hanya
dimilki oleh seorang pejabat pemerintah, ketua sebuah lembaga atau organisasi,
ataupun orang-orang yang memiliki jabatan, melainkan setiap kita adalah
pemimpin, seperti sabda Rasulullah ;
“Kamu
semua adalah pemimpin, dan kamu semua akan dimintai pertanggung jawaban tentang
yang dipimpinnya. Seorang imam (kepala-kepala pemerintahan dari yang kecil
sampai yang tinggi seperti kepala Negara) adalah pemimpin dan ia akan dimintai
pertanggung jawaban atas rakyat yang dipimpinnya.”
Dari hadits diatas dapat dipahami
bahwa setiap kita memiliki tanggung jawab, seorang Ayah bertanggung jawab
terhadap seluruh keluarganya, seorang istri bertanggung jawab terhadap suami
yang dilayaninya, seorang anak bertanggung jawab terhadap harta orang tuanya,
dan jikalaulah ia buka seorang pejabat, bukan seorang Ayah, istri ataupun anak,
maka secara zahir ia adalah pemimpin terhadap diri sendiri, dan memimpin diri
sendiri adalah kewajiban setiap muslim, karena sesungguhnya salah satu syarat
untuk menjadi pemimpin bagi orang lain adalah sudah mampu memimpin dirinya
sendiri.
Lalu bagaimana pendekatan-pendekatan
yang dilakukan agar kita dapat menjalankan amanah yang sesungguhnya bersumber
dari Allah, ada dua hal yang bisa dilakukan untuk dapat bertanggung jawab
terhadap amanah tersebut, pertama adalah bersyukur atas nikmat Allah, dengan bersyukur membuat kita
mawas diri yang dapat menghindarkan kita dari sifat kurang puas atau kufur dan
tamak. Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an
surat Lukman ayat 12 ang artinya : “Dan barang siapa yang bersyukur kepada
Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur pada dirinya sendiri, dan barang siapa
yang tidak mau bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha terpuji.”
Kedua adalah dengan mempergunakan
nikmat Allah sesuai dengan kehendaknya dengan cara ini insyaallah kita akan
terhindar dari cirri-ciri orang munafik yaitu yang pertama Apabila berkata-kata,maka ia dusta, Apabila
ia berjanji, ia mengingkari, Apabila dipercaya,ia berkhianat.
Satu hal yang paling mendasar untuk menjalankan amanah adalah
dengan iman dan keyakinan yang kuat,insya Allah kita dapat memenuhi amanah
dunia yang berujung keakhirat pula.
0 comments:
Posting Komentar