Minggu, 08 Mei 2016

Menjaga Amanah



           
Amanah menurut bahasa berasal dari kata-kata aman yaitu kebalikan dari takut. Sedangkan amanah adalah kebalikan dari khianat.
            Amanah menurut istilah artinya perilaku yang tetap dalam jiwa, dengannya seseorang menjaga diri dari apa-apa yang bukan haknya walaupun terdapat kesempatan untuk melakukannya, tanpa merugikan dirinya di hadapan orang lain. Dan menunaikan kewajibannya kepada orang lain, walaupun terdapat kesempatan untuk tidak menunaikannya tanpa merugikan dirinya di hadapan orang lain.
            Menjaga amanah merupakan hal yang sangat sulit, apalagi ketika disuguhi ujian-ujian yang melenakan, bayangkan saja saat kita berada dipadang terika dengan keadaan haus dan kelaparan, namun kita diamanahkan untuk terus berpuasa, tiba-tiba mucul es kelapa muda didepan mata, barang tentu es kelapa muda tersebut menjadi ujian bagi keteguhan kita memegang amanah.
            Tidak pelak lagi memegang amanah memang sulit, apalagi dengan keadaan dunia yang seperti sekarang ini, bahkan banyak para petinggi yang berpendidikan, tidak mampu memegang amanah. Dapat kita saksikan sendiri berapa banyak pejabat pemerintahan yang digiring kepengadilan dikarenakan tak sanggup menjaga amanah yang embankan. Ini membuktikan kepada kita bahwa orang yang menjaga amanah bukanlah orang yang sembarangan, pendidikan tinggi dan pangkat yang tinggi tidak menjamin seseorang dapat menjaga amanah.
Sesungguhnya setiap manusia dimuka bumi ini diembankan amanah, karena amanah bukan hanya dimilki oleh seorang pejabat pemerintah, ketua sebuah lembaga atau organisasi, ataupun orang-orang yang memiliki jabatan, melainkan setiap kita adalah pemimpin, seperti sabda Rasulullah ;
Kamu semua adalah pemimpin, dan kamu semua akan dimintai pertanggung jawaban tentang yang dipimpinnya. Seorang imam (kepala-kepala pemerintahan dari yang kecil sampai yang tinggi seperti kepala Negara) adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas rakyat yang dipimpinnya.”
            Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa setiap kita memiliki tanggung jawab, seorang Ayah bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, seorang istri bertanggung jawab terhadap suami yang dilayaninya, seorang anak bertanggung jawab terhadap harta orang tuanya, dan jikalaulah ia buka seorang pejabat, bukan seorang Ayah, istri ataupun anak, maka secara zahir ia adalah pemimpin terhadap diri sendiri, dan memimpin diri sendiri adalah kewajiban setiap muslim, karena sesungguhnya salah satu syarat untuk menjadi pemimpin bagi orang lain adalah sudah mampu memimpin dirinya sendiri.
            Lalu bagaimana pendekatan-pendekatan yang dilakukan agar kita dapat menjalankan amanah yang sesungguhnya bersumber dari Allah, ada dua hal yang bisa dilakukan untuk dapat bertanggung jawab terhadap amanah tersebut, pertama adalah bersyukur atas nikmat Allah, dengan bersyukur membuat kita mawas diri yang dapat menghindarkan kita dari sifat kurang puas atau kufur dan tamak. Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Lukman ayat 12 ang artinya : “Dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur pada dirinya sendiri, dan barang siapa yang tidak mau bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha terpuji.”
            Kedua adalah dengan mempergunakan nikmat Allah sesuai dengan kehendaknya dengan cara ini insyaallah kita akan terhindar dari cirri-ciri orang munafik yaitu yang pertama Apabila berkata-kata,maka ia dusta, Apabila ia berjanji, ia mengingkari, Apabila dipercaya,ia berkhianat.
Satu hal yang paling mendasar untuk menjalankan amanah adalah dengan iman dan keyakinan yang kuat,insya Allah kita dapat memenuhi amanah dunia yang berujung keakhirat pula.


Related Posts:

0 comments: