Kemana saja kau ini ?
Semalam Aku melihat raut wajah dewasamu, kata sahabat-sahabatmu begitu. Semalam aku melihatmu dengan seragam rapi berwarna biru donker, seragam yang ribuan orang pengambil ujian rebutkan, kau lebih dulu memulainya, dan lebih dulu memenangkannya. Padahal jelas-jelas matematikamu jelek.
Aku memang tidak terlalu pintar dalam menghitung, tidak itu saja bahkan aku juga kurang pintar dalam bersikap. Contohnya berbasa-basi menyambutmu.
Langit yang kita tatap, ya sama saja, tapi kita punya beda tanah pijakan kita sudah asing terasa, meskipun kau berdiri sehasta didepanku, meskipun kau masih bertadabur dibalik hijab hijau musala itu.
Sekilas melihatmu ada yang berbeda, aku tahu kaca mata uwak-uwakmu tidak nangkring lagi diwajahmu, mungkin kau ingin tampil lebih modis sekarang.
Aku terkesiap bahkan kau tak lagi mengenakan kereta bututmu, malah kau ganti dengan kereta yang katanya sih kekinian, aku tidak pernah bayangkan kakimu sampai menyentuh tanah. Ku akui pertumbuhanmu pesat sejak saat itu.
Jelas-jelas ini bukan kau, jelas-jelas aku telah kehilangan seseorang itu, jelas-jelas itu kau yang berkacamata, yang bertingkah apa adanya yang mengenakan pakaian seadaanya dan yang suka naik sepeda, dan yang kulihat itu bukan kau. Jelas-jelas bukan kau. Kau terlihat keren saat biasa saja, bahkan saat dikata-katai uwak-uwak oleh teman-temanku, jujur aku mengiyakannya, tapi jelas-jelas itu kau yang luar biasa dengan bicaranya yang penuh makna dan senyum lekat tulus penuh jujur. Bukan seorang yang diseting agar terlihat berkarisma, kau pulang, tapi orang yang tak kukenal telah merasuki dirimu, dan kau tak terlihat lagi. Jelas-jelas kau hilang.
Semalam Aku melihat raut wajah dewasamu, kata sahabat-sahabatmu begitu. Semalam aku melihatmu dengan seragam rapi berwarna biru donker, seragam yang ribuan orang pengambil ujian rebutkan, kau lebih dulu memulainya, dan lebih dulu memenangkannya. Padahal jelas-jelas matematikamu jelek.
Aku memang tidak terlalu pintar dalam menghitung, tidak itu saja bahkan aku juga kurang pintar dalam bersikap. Contohnya berbasa-basi menyambutmu.
Langit yang kita tatap, ya sama saja, tapi kita punya beda tanah pijakan kita sudah asing terasa, meskipun kau berdiri sehasta didepanku, meskipun kau masih bertadabur dibalik hijab hijau musala itu.
Sekilas melihatmu ada yang berbeda, aku tahu kaca mata uwak-uwakmu tidak nangkring lagi diwajahmu, mungkin kau ingin tampil lebih modis sekarang.
Aku terkesiap bahkan kau tak lagi mengenakan kereta bututmu, malah kau ganti dengan kereta yang katanya sih kekinian, aku tidak pernah bayangkan kakimu sampai menyentuh tanah. Ku akui pertumbuhanmu pesat sejak saat itu.
Jelas-jelas ini bukan kau, jelas-jelas aku telah kehilangan seseorang itu, jelas-jelas itu kau yang berkacamata, yang bertingkah apa adanya yang mengenakan pakaian seadaanya dan yang suka naik sepeda, dan yang kulihat itu bukan kau. Jelas-jelas bukan kau. Kau terlihat keren saat biasa saja, bahkan saat dikata-katai uwak-uwak oleh teman-temanku, jujur aku mengiyakannya, tapi jelas-jelas itu kau yang luar biasa dengan bicaranya yang penuh makna dan senyum lekat tulus penuh jujur. Bukan seorang yang diseting agar terlihat berkarisma, kau pulang, tapi orang yang tak kukenal telah merasuki dirimu, dan kau tak terlihat lagi. Jelas-jelas kau hilang.
Untuk Sahabat Terbaik
Trisa
0 comments:
Posting Komentar