Jumat, 20 Mei 2016

Mengaksara Rindu

Pada sepi, sendiri. lengkap rasaku mengaksara makna rindu.
 Lengkap aksara ini dipapah sunyi.
Semua kisah bersamamu  adalah kesan.
Menyanyikan senandung lagu yang dipandu Mamak, dikamar tidur. Dongeng ajaib sebelum lelap, yang bahkan tak sedikitpun membuatku mengantuk. Malah mataku membelalak, dan melontarkan tanya-tanya konyol, sebagai bahan cerita di sekolah. Alhasil aku mempercayai raksasa itu nyata saat aku sudah dikelas 6 dengan mengototnya, hingga satu kelas tertawa.
Kami bertiga, aku dan adikku, selalu berebut disuap makan, padahal kau baru saja pulang dari ladang. Suapanmu selalu lebih enak Mak, bukan semakin kenyang, suapanmu membuatku menjadi lapar.
Mencuci kaki dan buang air kecil sebelum tidur adalah perintah keras sebelum tidur, aku selalu kesal, tapi sering kujalani. Kau bilang agar tidurku nyenyak Mak. Ayat kursi adalah senjata kami sebelum tidur, katamu Ayat kursi ayat yang sakti. Dan mak tahukah, aku sudah berjumpa dengan kesaktiannya.
Ketika sebuah jembalang mengganggu malam-malamku, kau menjadi pendekap rasa takut itu. Membaca ayat-ayat suci sepanjang malam sampai hilang rasa takutku. Aku memeluk sampai berkeringat, kemudian terlelap. Tidurmu benar-benar terganggu, tapi tak sedikitpun jenuh menenangkanku.
Tidur sekamar dan memelukmu, didekatmu. Kapan lagi akan?
Dulu aku selalu mencarimu ketika hendak tidur bahkan sampai aku duduk dikelas 9. Saatku pergi jauh darimu Mak, satu hal yang kutakut adalah tak mampu tidur tanpamu.
Sudah lama aku rindu lembut jemarimu menggulung rambutku. Tunggu aku mencium tanganmu meski dengan gaya sok tak mau tahu. Aku rindu. Aku menunggu senyum tercantikmu  sebulan lagi, terhitung hari sejak malam ini.
Ini semua cuma masalah waktu sampai aku mengeluarkanmu dari penjara luka yang kau jaga. 


Related Posts:

0 comments: