Tuan selamat malam dari ku yang jauh ber mil-mil jarak padamu. Aku hanya ingin tahu apakah kau baik-baik saja? Aku tak akan menemukan jawabannya kecuali kau membagikan cerita dan kita bisa berbicara.
Tuan aku selalu bertanya mengapa takdir mempertemukan ku denganmu dengan cara yang paling biasa. Sebab kita bertemu lalu tak kunjung bersua. Tuan aku menonton sebuah film Serendipity judulnya, film lama di tahun 2001 dan aku menyukainya. Kau tau kenapa sebab mereka adalah apa yang aku damba. Cinta yang tertakdir setelah melewati ketidakmungkinan. Lantas mengapa aku merasa begitu sia-sia sebab aku tahu takdir tidak melulu tentang apa yang kau puja dan cinta bisa jatuh dimana saja.
Kemudian aku menyesali diri mengapa aku membiarkan diriku condong padamu sementara kutahu aku denganmu seperti perahu kertas yang sesat dimakan riak air, tak ada masa depan. Mencinta tak ayal hanya sebuah pilihan menghancurkan dirimu sendiri atau diam sepi. Dan Tuhan aku sudah tak sanggup menahan.
Tuan kau tahu aku ingin mencintai seseorang yang biasa saja, dia tak perlu kaya raya, atau tampan rupawan dia hanya harus bisa membuatku terus ingin mencintainya. Dia yang membuatku jatuh cinta.
Pagi yang cerah telah berpuluh kali berlalu tanpamu, tanpa ucapan selamat pagi. Aku mengukur kadar kesadaran diri sendiri. Tak ada yang terjadi setelah hari dimana kau pergi. Aku hanya terlalu takut menghadapi situasi bahwa keberadaan ku mengganggumu. Aku sedang menyiapkan amunisi untuk berani mengakui bahwa kau berbeda bagiku. Harusnya kau tahu sejak pertama kali aku menyapa mu. Aku pastikan hanya padamu aku begitu. Jika kau mengenal ku lebih jauh kau pasti sadari itu.
Beberapa purnama akankah berubah menjadi jumpa. Atau kah sekedar kiasan rasa. Kubawa diri ku ke loteng dan kuteriakkan namamu disana sekencang yang kubisa. Sebab aku ingin sekali menyebut namamu setelah bentangan jarak kita. Aku yang menisbahkan rasa harus mati, kumohon jangan kali ini.
Tak mengapa kita tidak harus bersama, kau juga tak perlu harus mencintaiku itu hanya akan membuatku semakin tak terkendali dan menghancurkan diri sendiri. Aku hanya ingin menatapmu dengan dua bola mataku, mengikuti bayangan tubuhmu saat ku berjalan dibelakangmu, mendengarkanmu bercerita tentang dirimu dengan aksen unik itu dan sesekali kita tertawa. Aku merindukannya.
Selamat bermimpi, baik-baiklah pada dirimu sendiri !
0 comments:
Posting Komentar