Sabtu, 07 September 2019

Sunyi Sejumput Kopi



Kopi  dengan banyak gula adalah yang kubutuhkan saat ini, maaf Aku tak minum arak kemudian lupa diri sendiri.
Pagi, terlalu pagi untuk bangun dari mimpi. Miliaran mimpi yang katanya harus di jadikan nyata, tapi bukan dengan tidur Saja.
Malam, terlalu Malam untuk tetap terjaga dalam buaian angin perasaan yang menerjang sampai ke Mata, berair. Aku kepinggir.
Malam dahaga, Aku kehausan pada rasa haus akan keberadaan. Sebuah kenyata pahit yang lahir dari keputus asaan. Aku kesunyian.
Kutatap jendela, ingin lari dari sana. Kutatap kakiku, kuingat hatiku. Masih sunyi kau.
Ke dapur Aku lapar, makan air, minum nasi berulam sunyi.
Sudah siang aku kepanasan tapi dingin tak hangat, napasku tercekat setelah kulihat semua berkhianat, keparat.
Rongga-rongga sunyi kemana diisi? Hatiku tak bernyali sekali lagi aku lari. Ruang-ruang hampa terpadu dalam lara, sari sebuah drama yang bukan aku pemeran utamanya.

0 comments: