Kamis, 03 Oktober 2019

Merengkuh Sunyi


Google.com


Saat cinta tumbuh seperti omong kosong, aku sudah berhenti mencintai bahkan pada bias diri.


Ia itu terlalu takut pada sepi hingga memutuskan untuk berteman dengan dirinya sendiri agar dia tak merasa sunyi. 
Dia orang yang menekuk di ruang kosong enggan menarik pintu, sebab jatuh hati pada gelap, terlalu takut melihat cahaya yang membiaskan dirinya sebab ia orang yang mencintai kesendirian karena takut tak mampu mencintai kehilangan.
Ialah orang yang bernyali untuk tak peduli menganggap semua tak berarti sebab mencintai sering menggoreskan duri.
Jangan berharap menarik tangannya dari ruang gelap itu, sebab pikir nya sudah lama suri disudut yang sama.
Usah menuliskan namanya di pasir pantai sebab dia telah bersekutu dengan laut, habislah goresan itu disesap anak ombak.
Sebab dia pernah bodoh dengan membiarkan diri jatuh, sejatuh-jatuhnya, tak sadar dia menggali lobang sendiri. 
Sebab dia pernah mempercayai kemudian dikhianati. 
Aku tahu sebab tak pernah kulihat lagi mata ia berbinar bak cahaya bintang timur yang berkerlipan, meski menatap jauh kedalam kedua bola matanya pun aku cuma melihat lorong gelap yang tak benar-benar berkata-kata. Ia telah merusak jendela itu dengan mengubur kuncinya di tanah busuk penghianatan, itulah mengapa ruang hatinya tidak lagi berpenghuni.
Aku tanya kau apa salah ia?
Bukankah ia diam ditempatnya, apakah terlalu diam bagimu hingga mengusiknya?
ia yang menujumu itu apakah kau tak pernah berpikir seberapa kuat ia memegangi tali hatinya, lalu sebab hadirmu yang penuh kepura-puraan membuatnya mengaitkan tali hatinya dengan hatimu.
Apakah cinta selalu penuh kepura-puraan bagimu?
Padahal cinta cukup sederhana, merasakan dan mengembalikan sudah cukup tanpa banyak kata-kata.


0 comments: