Selasa, 31 Desember 2019

Memahami Alasan Tak Siap Nikah



Pexels.com

Jadilah pasangan hidupku
Jadilah Ibu dari anak-anakku
Membuka mata dan tertidur disampingmu
Aku tak main-main
Seperti lelaki yang lain
Satu yang kutahu kuingin melamarmu.
Badai Romantic Project-Melamarmu
Teruntuk siapa saja yang suka bilang pengen nikah, eh pas ada yang mau lamar ngibrit, I feel you...

Aku berani menulis artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi sendiri, jadi bukan expert dong tentunya, harap maklum kalau agak nyeleneh.
Berawal dari banyak ku dengar kampanye nikah muda, nikah daripada zina dan hasilnya memang banyak yang memutuskan untuk menikah diusia yang relatif muda.
Dari situ aku jadi mikir sendiri usia aku udah 23 (but I'm feeling 22), udah lewat setahun dari syarat minimum usia nikah dari BKKBN lalu akunya masih betah jomblo dan makin berumur malah makin takut nikah. Lantas aku bertanya-tanya didalam hati, bahkan pada teman-teman sendiri masalah ini tidak pernah aku utarakan disebabkan rasa takut dihakimi, bahwa aku tak mengindahkan perintah Nabi.
Menulis ini membuktikan bahwa aku sudah mulai menerima diriku sendiri.
Aku sangat heran sekaligus kagum melihat orang-orang sekitar dan teman-teman yang mudah dan senang hati memutuskan untuk menikah. Barangkali aku bisa berkata begini karena aku tak pernah tahu kemelut dihati mereka sebelum memutuskan untuk jawab, " Ya Aku bersedia".
Aku juga pernah menganggap kalau pernikahan itu adalah sesuatu yang indah dan menyenangkan. Seperti seorang tuan putri dan pangeran tampan. Bahkan aku pernah memandang sebelah mata kepada orang yang belum menikah-nikah juga. Dipikiranku mereka mungkin tidak laku, itu pas aku masih 17 tahun, saat aku pertama kali benar-benar merasakan first love  yang mengubah pandanganku tentang pernikahan dan tentang cowok. Bahkan aku pernah mengutarakan ingin nikah muda saja tentunya dengan beberapa alasan, tapi lambat laun pengalaman membawaku kepada diriku saat ini.
Aku memang bukan tergolong cewek yang berpacaran dengan para cowok, btw cowok-cowok yang sempat singgah bukanlah tipe cowok-cowok yang ngajak "Pacaran yok" karena mereka kaum akhi. Nggak banyak sih karena aku bukan tipe orang yang mudah jatuh hati dan pun sebelumnya kaum cowok sudah kepalang jelek dimataku, itu sebelum aku bertemu first love ku.
Nah, kok malah cerita masa lalu gini ya. Tapi dibalik tak siap nikahku itu aku memang jelas punya alasan tersendiri. Alasan yang susah untuk dipahami orang lain bahkan keluarga ku sendiri;

1. Trauma
Ada ketakutan tersendiri ketika mendengar kata pernikahan. Ini cukup pribadi sih bagiku. Tapi yang namanya trauma memang susah dihilangkan, bahkan terkadang si penderita juga gak sadar kalau dia sudah mengalami trauma. Munculnya rasa takut mengalami hal pahit yang sama oleh yang dialami orang terdekat bisa jadi penyebabnya. Pengalaman menyakitkan dikeluarga kalian, atau pengalaman percintaan kalian yang mengecewakan bisa jadi penyebabnya.

2. Lingkungan sekitar
Hilang rasa percaya pada cinta yang murni karena menyaksikan perilaku tidak sehat orang-orang sekitar. Memang tidak Ada manusia yang sempurna, dan kesempurnaan hanya milik Allah. Namun tidak salahkan untuk menginginkan seseorang yang tulus dalam pernikahan?
Kalian pasti pernah melihat keluarga broken home, suami yang menelantarkan keluarga, KDRT, poligami (sorry aku pribadi anti), bahkan yang paling mengecewakan seorang tokoh yang kalian kagumi ternyata diam-diam punya simpanan sementara istrinya jelas-jelas menemani masa berjuang tergantikan oleh pelakor tersebut, tega mengkhianati setelah beribu-ribu hari bersama. Miris sekali. Aelah generalisasi lagi ceritanya nih.

3. Cita-cita
Nikah itu adalah tentang menemukan partner hidup. Melakukan segala hal bersama, oleh karena itu visi misi dan tujuan hidup itu penting dibahas sebelum pernikahan. Tapi guys sadar gak sih nggak semua cita-cita bisa dicapai berdua. Malahan ruang geraknya bakal terbatas, percaya deh. Misalnya kalian punya ambisi pribadi kayak aku nih yang anak perempuan pertama pengen senengin Mamak aku dulu, itu bakal payah. Sebab kalau anak perempuan itu seutuhnya milik suami kalau sudah nikah. Nggak kayak anak cowok yang punya tanggung jawab sama ortunya. Itu yang selalu orang tua aku ucapkan, mengingat keluarga kami memiliki 3 anak perempuan dan baru lega setelah punya 1 anak lelaki.
Apa ada ambisi- ambisi pribadi kalian yang harus kalian capai sebelum menikah? Seperti ingin S2 dulu, Ingin berangkat kenegara impian dulu sebelum memutuskan nikah? Atau hal-hal yang lebih ekstream lainnya yang hanya bisa kalian lakukan sebelum menikah?

4. Me time
Ini satu hal yang paling menyenangkan bagi aku yang introverted. Senang menghabiskan waktu sendirian, melakukan hal-hal menyenangkan yang kusukai seperti membaca novel sendiri tanpa gangguan sambil mendengarkan musik favorit, jalan-jalan ketoko buku berlama-lama, membaca buku diperpustakaan dengan santai, pergi ke tempat favorit sendirian. Adalah semua hal yang sangat kusukai.
Kalau sudah menikah hal-hal tersebut tentunya akan sangat sulit sekali dilakukan, karena semua hal yang akan kamu lakukan pasti harus melapor dulu, izin dulu dan pastinya akan terikat tanggung jawab kepada suami dan keluarga. Kedengaran egois sih bagi sebagian orang tapi bagi aku itu adalah tentang kesiapan sebelum mengabdikan diri dalam rumah tangga. Itu hak pribadi setiap orang, istilahnya sebelum menikah puasin dulu masa muda mu. Dan faktanya aku memang belum puas dengan masa mudaku.
Menikah itu memang ibadah tapi hidup bersama dengan seorang seumur hidup harus kamu tukarkan dengan masa single mu yang bebas. Berat untuk memutuskan mengganti status belum menikah di KTP menjadi sudah menikah. Butuh keberanian dan kematangan berpikir. 

0 comments: