Aku
menyukai status baruku ini. Aku sangat merasa nyaman dijalan ini, itu sungguh
tak bisa kupungkiri. Akhwat. Aku benar-benar tak menyangka kelak akan menjadi
seperti ini. Senyum yang tulus. Wajah yang bersinar oleh cahaya cinta. Kaki
yang melangkah dalam jihad. Bibir yang selalu mengevaluasi perkataan. Tangan
yang selalu berjuang menyuguhkan kebaikan. Itulah dunia. Kau tidak akan tau apa
yang akan terjadi padamu nantinya. Ketika semua berlalu semua hanya menjadi
sejarah.
Tapi jalan allah tak selamanya mulus,
ada rintangan-rintangan yang allah berikan untuk menguji keimanan kita.seperti
sebuah tantangan, ketika kau berhasil meleewatinya maka derajatmu akan lebih
tinggi.
seperti biasa siang itu kami masih mengikuti pelajaran di sekolah.ketika jam pelajaran usai aku dan temanku pergi kekantin sekolah. Belum beberapa menit istirahat kantin sekolah sudah penuh sesak. Padahal kantin sekoalh kami ada tujuh. Ruang kantin yang sempit dan pengap di tambah cacing perut yang sudah berdemo membuat kami rela berdesak-desakan.
seperti biasa siang itu kami masih mengikuti pelajaran di sekolah.ketika jam pelajaran usai aku dan temanku pergi kekantin sekolah. Belum beberapa menit istirahat kantin sekolah sudah penuh sesak. Padahal kantin sekoalh kami ada tujuh. Ruang kantin yang sempit dan pengap di tambah cacing perut yang sudah berdemo membuat kami rela berdesak-desakan.
“bu baksonya dua” pesan ku pada ibu kantin.
“laper
banget” keluh temanku.
“sama mba bro gak sarapan pagi soalnya.jawabku menyetujui.
Tidak berapa lama. Dua
mangkok bakso telah sampai kehadapan kami. Aku dan lila menyantap bersih bakso itu
dalam beberapa menit. Malahan lilla sampai tambah lagi.
Selesai makan. kami kembali kekelas.
“mba bro kamu tau nggak? Tadi angga liatin kamu gitu.”
“tahu…” jawabku santai.
“kamu pernah ada sesuatu ya sama dia?”.tanya lilla penuh selidik. Begitu
lah lilla selalu ingin tahu. Kalau bahasa sekarangnya sih kepo.
“mau tau aja atau mau tau banget?
“ayo cerita dong!”paksanya tak sabaran
“karena kau benar-benar ingin tahu maka aku beri tahu. Jadi dulu pas
kelas x aku pernah ada perasaan gitu sama dia. Dan karena teman-teman ku yang
heboh banget, jadi dia kayaknya tahu kalau aku suka sama dia.tapi ya sekarang
ya nggak”
“gimana
kalau sekarang dia suka sama kamu?”
“ya aku berusaha untuk nggak menumbuhkan rasa itu lagi. Aku dah bersusah
payah ngelupain dia. Aku nggak mau bersakit-sakit lagi untuk cinta dia yang
nggak jelas. Itu bodoh banget.”
“tapi dia udah punya pacar nggak sih?”.tanya lilla dengan kekepoannya.
“kayaknya ada sih. Udah deh ngapain kita nyeritain mereka.”
“kasihan tu ceweknya, dasar angga gila”sambil memainkan gaya bibirnya
yang ngemonyong.
“husshh…jangan suka ngatain orang yang nggak-nggak. Kamu ini. Gimana
kalo kamu yang di bilang gila?
“essehh bu ustadzah ceramah lagi. Lagian kalo aku di bilang gila, aku
biasa aja kok.”jawabnya santai dengan
senyum perlawanannya .
“Sangat sadar ya…”sambungku mengejek
“Hahahah…..” aku dan Lilla tertawa. Begitu lah Lila temanku yang satu ini walaupun kepo tetapi
suka banget bercanda.
Bel sekolah berbunyi tiga kali. Artinya pelajaran telah usai. Aku dan
lila berkemas-kemas. Ketika hendak keluar dari kelas Angga menghampiri aku dan Lilla. Menyodorkan dua buah undangan kearah
kami. Kami berdua benar-benar terkejut.
“Apa
ini?” Tanya Lilla
dengan wajah heran.
Aku dan Lilla melongo menantikan kata-kata yang keluar
dari mulutnya.
“jadi gini aku. Aku mau buka galeri fhoto aku kan. Jadi nanti malam
peresmian sekaligus pembukaan pameran.” Jelas angga dengan suara pelan dan
sedikit gugup. Maklumlah kami memang baru kali ini berhadapan langsung dalam
pembicaraan dengannya. Terkadang aku pun masih merasa malu ketika harus
berdekatan dengannya berpas-pasan di jalan dengannya. Mengingat dulu aku pernah
menyukainya. Dan kupikir dia mengetahuinya.
“O gitu…”. Ucapku pelan dengan wajah dingin.bagaikan
es.
“Kenapa
kita diundang?”Tanya miss kepo, sambil memperhatikan wajahnya lekat-lekat.
“Ehm..itu..
semua anak kelas xI ipa memang kita undang semua kok.” Jelasnya terbata.
“Oh
makasih ya” ucapku masih dengan wajah
sedingin es.
“Thanks
ya! Sambung lilla lagi.
“Ya
sama-sama” jawab angga. Seraya berbalik pergi.
Melihat tiwul cewek teraneh dan ternorak di kalangan anak kelas XI.
Lilla langsung menarik bahunya.”hei…hei…Tiwul…kau di di undang nggak ke galeri
angga?
Berbalik arah sambil tersenyum dan merapikan kuciran rambut ekor
kudanya.“ya iya to mba…saya udah dikasih dua hari yang lalu malah.saya kan
deket sama angga. Semua pada di undang kok mba. Mba ngga di undang ya?”
“ya udah kau sana, “aku hampIr kegeeran. Sedangkan orang yang paling norak bin
ajaib kayak tiwul aja diundang, dua hari yang lalu lagi, aku rasa undangan buat
kita sisa-sisa tuh”tutur Lila kearah ku . aku hanya tersenyum.
“Kau datang?tanya lilla
“Kau datang?tanya lilla
“Nggak
tahu nih, malam acaranya .” jawabku
“Ayo
dong dateng. Mana tahu ada makan gratis. Hihihihi…..”celetuk lilla sembari
tertawa cekikikan.
“Dasar
lilla makan mulu!”godaku.
“Biarin”jawab
lilla cuek.
Pukul 20.00 Lilla sudah sampai di gallery. Celana jeans panjang usang, di padukan
dengan kaos berwarna hiju tua, dengan rambut di kucir berantakan. Memakai
sepatu kets usang, dengan tas selempang bertuliskan ‘bali-indonesia’sangat
sederhana, lila memang anak yang cuek dalam berpenampilan. Ia benar-benar tidak
tampak seperti anak seorang konglomerat. Pengusaha minyak kelapa sawit terkenal
di kotaku. Bahkan terkesan seperti anak pinggiran.
“Mba
bro, ternyata dirimu datengnya.”
“Iya,
soalnya dirumah nggak ada orang, ortuku pergi ke ondangan, aku tadi diajak,
tapi dari pada aku sendiri dirumah atau ikut undangan lebih baik aku dateng ke
sini ketemu dirimu, dan kawan-kawan kita, sekalian nebeng ortu juga sih tadi
arah jalannya kan sama.
Aku dan lilla berjalan masuk ke dalam gedung.
Kontras sekali, Lilla begitu tomboy, sementara aku , mereka bilang begitu anggun di dalam
balutan rok panjang sampai kemata kaki ber dasar hitam bercorak bunga berwarna
hiaju kecil-kecil dan kemeja hijau panjang, dengan jilbab berwarna hijau muda
memakai tas selempang hitam dan mengenakan
pan shoes hijau muda.
Aku lihat Angga sedamg mengobrol dengan teman-temannya.
Aku dan Lilla
berjalan-jalan melihat fhoto-fhoto di galerinya.
“Bagus-bagus
ya potonya.? Ucap Lilla membuka pembicaraan.
“Iya…yang
ini keren ni!” celetukku penuh semangat. Tidak kupungkiri aku memang sangat
menyukai karya-karyanya. dan aku juga kagum padanya, usia yang masih begitu
belia tapi sudah mampu mendirikan galeri dengan karya-karya yang tidak bisa
dibilang biasa, walaupun mungkin ada campur tangan keluarganya dalam hal
pendanaan.
Aku dan Lilla tak terasa sudah sampai pada ruang paling belakang. Dan aku
tersentak dengan apa yang aku dan lilla temukan. Sebuah foto berlatar halte bis, dengan seorang wanita tengah
membaca buku, diambil dari seberang jalan, dengan orang yang berlalu lalang
tetapi kelihatan memudar. Seolah-olah perhatian
sang pemotret hanya tertuju pada gadis itu.
“Apa
ini? Tanya ku dengan waajah bodoh, tak percaya, heran dan Pokoknya campur aduk.
“Ra…ini
yang dipoto bukkanya wajahmu ya? Tanya Lilla dengan muka seribu pertanyaan.
“Menurutmu?
Tanya seakan tak percaya.” Bisa kulihat ini semua edisi potoku mulai saat mos
hingga yang paliing terbaru, harus kuakui poto-potoku memang kelihatan cantik
dan anggun, di beberapa poto aku malah merasa malu, karena kumerasa sedikit
melenceng dari kenyataan. Degupan jantungku kian tak menentu, aliran darahku
terasa begitu cepat, aku gemetar.
Orang-orang didalam galeri mulai
memperhatikanku, dapat kulihat mereka memperhatikanku dari ujung kaki saampai
kepala. Ada yang kelihatan iri. Ada juga yang simpatik. Tapi ada juga yang
tidak perduli sama sekali.
“Ini
bener-bener kau Ra, orang-orang udah pada liatain kau lo..” seraya melihat sekeliling.
“Ada apa sih ini sebenarnya?
Jangan jangan…jangan jangan”
“Jangan-jangan
apa?tanya ku. Nggak sopan itu si angga seenaknya aja ngambil foto orang.”
Wajahku memerah. Aku merasa begitu marah.
“Maaf….sebenarnya aku sangat ingin member i tahukannya
padamu “
Aku berbalik menuju arah suara
itu. Angga. Apa yang dia pikirkan. Mengapa dia begitu membingungkan. Pertanyaan
itu terus memenuhi perasaanku. aku mencoba meredam amarahku.
“Tapi
setiap kali aku ingin bicara, kau seperti begitu jauh, jadi aku memutuskan untuk diam-diam mengamatimu dari jauh, dan menjadi inspirasi ku.”
Sambungnya lagi
Aku tak bisa meredam amarahku juga. “apa semudah itu mengatakan maaf?
Kau benar-benar keterlaluan bagiku itu sama saja kau merendanhkanku, aku tidak
suka. Aku benci padamu.” Aku berkata dengan perasaan yang campur aduk sedih , marah,malu,
kecewa,dan rendah. aku tidak memperdulikan lagi orang-orang di sekitarku, aku
tahu mereka memperhatikan aku dan angga. Dan k u lihat lilla masih di sebelahku
mengamati lekat-lekat apa yang kami bicarakan.
“Aku benar-benar tidak bermaksud merendahkanmu,
aku kau tau aku begitu sulit untuk mengambil poto itu?dari kejauhan
mengendap-endap hanya demi kau. Aku... dipikiran ku hanya ada kau.” Jelasnya dengan
suara pelan.
“Itu
bukan demi aku , tapi demi kau, aku nggak ngerti perassaan aku, kau hanya
memikirkan perasaanmu. Jujur kau begitu sulit aku nggak ngerti apa yang kau pikirkan”ucapku
seraya menahan air mata.
“aku. Kau tahu akau nmenyukaimu sejak saat pertama. Aku mencintaimu,
sejak pertama kita bertemu sampai saat ini, tak pernah berubah!” Ucapnya kuat
dan penuh tekanan.
“Cinta?
Kau benar-benar sulita untuk dimengerti. Semua sudah terlambat sudah tak
seperti dulu lagi. Mengapa dulu kau tak mengatakannya, mengapa dulu kau malah
pergi dengan gadis yang lain kau tahu itu mengahancurkan perasaan ku. Aku
sakit. Lalu sekarang seenaknya kau datang lagi. Seenakny akau pergi. Apa aku
begitu mudah.”
“Bukan
seperti itu. Tak pernah ada apa-apa dengan lisa. Itu semua aku lakukan karena
aku sebentar lag aku akan pergi jauh, dulu aku berpikir aku tak usah
memperlihatkan perasaanku padamu jika pada akihirnya akan meninggalkan luka.tapi
sekarang aku sadar aku tak bisa menyimpan perasaan ini sampai mati, aku ingin
kau tahu. Hanya ingin kau tahu. maafkan aku hanya ..., mungkin kelak hanya meninggalkan kenangan
menyedihkan untuk mu mungkin aku terlalu egois, tapi izinkan aku mengatakan ini
sebelum aku pergi hanya itu saja.” Tutur angga panjang lebar menahan tangis.
Aku
terdiam. Aku terharu dengan apa yang dia katakan. Tak terasa pipiku telah basah
oleh airmata. Dapat kuarasakan benih-benih cinta itu meulai hadir lagi. Seperti
saat dulu namun suasananya sudah sangat jauh bebrbeda. Mungkin dulu aku akan
sangat bahagia mendengar pernyataan cintanya, namun kini rasanya begitu menusuk
dan ketakutan.
“ Aku benar-benar jahat, telah membuatmu menangis” Tangan Angga perlahan-lahan mendekati wajahku hendak
menyapu airmata di pipiku, sebelum sempat tangannya menyentuh pipiku, aku
menepisnya.
“Sudahlah apapun yang kau katakana, itu sudah Tak mungkin lagi” aku berbalik
arah lalu berjalan mencari jalan keluar dari gedung itu.tanpa sadar air mataku
kian mengalir.
“Maafkan aku, telah membawamu
dalam masalahku, aku hanya ingin menjelaskan padamu bahwa ada orang yang selalu
mencintaimu dengan tulus, aku hanya ingin ketika ku pergi nanti, kau tersenyum
ketika mengingatku. Hanya itu saja”. Teriak angga dengan suara bergetar. Aku
mendengar cukup jelas yang dikatakannya. Sementara orang-orang masih tetap menonton
mereka, tampaknya mereka kecewa dengan pertunjukkan cinta yang mendadak di
pameran itu.
Gedubrak….Angga terjatuh dari tumpuannya diatas lantai pameran yang mengkilat-kilat.
Seketika gedung itu menjadi rIbut, disana-sini. Terdengar banyak derap
langkah yang berlari kearahnya.
“ Pria tadi jatuh”
“ Angga……!”
“Angga kamu kenapa?”
Dan segala ekspresi kepanikan menghiasi ruangan itu.
Aku yang mendengar keributan itu berbalik
kembali kebelakang dan mendapati orang-orang telah mengerubungi seseorang. Hati
ku langsung membatin cemas. Tak kusadari wajah ku pucat pasi. Aku langsung
berlari kearah kerubungan orang itu. Kulihat angga terkapar dilantai dengan
seorang pria yang menahan tubuhnya. Aku langsung saja menggantika posisinya.
Bisa kurasakan desahan napas angga yang tak menentu dan berat seperti sangat sulit untuk bernafas.
“Angga kau kenapa?” Tanya ku dengan suara pelan dan
gemetar dengan aliran airmata yang kian deras saja.
“Jangan…me..nangis… lag…gi. Aku…sangat
menyayangimu…” ucap angga dengan suara tersendat-sendat. Dengan napas yang kian
memberat.
“Aku…. Aku juga menyayangimu ngga… kau harus
bangkit, kau kenapa?” ucapku dengan suara yang diwarnai isak tangis yang kian
membiru. Sementara nafas angga kian memelan. Pelan..pelan dan hilang. Sebuah
senyuman terukir menemani kepergiannya.
“Angga…anga.. angga kamu kenapa angga, kau”aku
menggoyang-goyangkan tubuhnya yang sudah lemas. Orang-orang sekitar ku sudah
kian rebut.jantung ku berdenyut kencang, tubuhku gemetar. Dan napas kian tak
menentu. Aku periksa denyut di nadi
tangannya tapi aku tak mendapatkannya disana, aku berpindah keleher, dan aku
juga tak menemukannya. Tubuhku serasa seperti mau lepas dari ragaku. Aku tak
percaya kenyataanya.
“Angga……, bangun ngga!”aku benamkan angga di
pelukkanku. aku berteriak histeris. Dan
beberapa orang mulai mengangkat tubuh angga. Dan tatapanku memudar…pudar…dan
gelap.
Sehari setelah Angga dimakamkan baru ku ketahui bahwa Angga ternyata mengidap penyakit
kanker otak. Kanker yang merenggut nyawa angga. Merebut Angga dariku. Tapi
cinta seorang Angga
tetap akan selalu tersimpanmenghiasi hari-hariku. Yang ku tahu cinta akan
selalu menjadi cinta, walau yang punya cinta mati, walau yang bercinta mati,
tapi cinta akan tetap menjadi cinta.
Ya rabb apakah ini salah? Aku
mnyimpan cinta untuk seseorang dan ia
telah mati. Bukankah jatuh cinta tidak salah? Buaknkah cinta kodrat manusia?aku hanya memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini
akhir-akhir ini, dalam doaku aku selalu bertanya. Aku menyadari betapa rendah imanku
selama ini. Dan kian lama kian kusadari cinta tak berujung hanya
milik allah yang maha cinta. Karena cinta tak tulus angga adalah karena cinta
ilahi. Selamat bertemu di akhirat kelak angga, tulus cintamu akan kubawa sampai
mati, sampai saat mungkin illahi menyatukan kita bahagia selamanya.
0 comments:
Posting Komentar