Rabu, 29 Oktober 2014

love never dies



                Aku menyukai status baruku ini. Aku sangat merasa nyaman dijalan ini, itu sungguh tak bisa kupungkiri. Akhwat. Aku benar-benar tak menyangka kelak akan menjadi seperti ini. Senyum yang tulus. Wajah yang bersinar oleh cahaya cinta. Kaki yang melangkah dalam jihad. Bibir yang selalu mengevaluasi perkataan. Tangan yang selalu berjuang menyuguhkan kebaikan. Itulah dunia. Kau tidak akan tau apa yang akan terjadi padamu nantinya. Ketika semua berlalu semua hanya menjadi sejarah.
 Tapi jalan allah tak selamanya mulus, ada rintangan-rintangan yang allah berikan untuk menguji keimanan kita.seperti sebuah tantangan, ketika kau berhasil meleewatinya maka derajatmu akan lebih tinggi.
 
               seperti biasa siang itu kami masih mengikuti pelajaran di sekolah.ketika jam pelajaran usai aku dan temanku pergi kekantin sekolah. Belum beberapa menit istirahat kantin sekolah sudah penuh sesak. Padahal kantin sekoalh kami ada tujuh.  Ruang kantin yang sempit dan pengap di tambah cacing perut yang sudah berdemo membuat kami  rela berdesak-desakan.
“bu baksonya dua” pesan ku pada ibu kantin.             
“laper  banget” keluh temanku.                            
“sama mba bro gak sarapan pagi soalnya.jawabku menyetujui.
Tidak berapa lama. Dua mangkok bakso telah sampai kehadapan kami. Aku dan lila menyantap bersih bakso itu dalam beberapa menit. Malahan lilla sampai tambah lagi.
Selesai makan. kami kembali kekelas.
“mba bro kamu tau nggak? Tadi angga liatin kamu gitu.”
“tahu…” jawabku santai.
“kamu pernah ada sesuatu ya sama dia?”.tanya lilla penuh selidik. Begitu lah lilla selalu ingin tahu. Kalau bahasa sekarangnya sih kepo.
“mau tau aja atau mau tau banget?
“ayo cerita dong!”paksanya tak sabaran
“karena kau benar-benar ingin tahu maka aku beri tahu. Jadi dulu pas kelas x aku pernah ada perasaan gitu sama dia. Dan karena teman-teman ku yang heboh banget, jadi dia kayaknya tahu kalau aku suka sama dia.tapi ya sekarang ya nggak”
                “gimana kalau sekarang dia suka sama kamu?”
“ya aku berusaha untuk nggak menumbuhkan rasa itu lagi. Aku dah bersusah payah ngelupain dia. Aku nggak mau bersakit-sakit lagi untuk cinta dia yang nggak jelas. Itu bodoh banget.”
“tapi dia udah punya pacar nggak sih?”.tanya lilla dengan kekepoannya.
“kayaknya ada sih. Udah deh ngapain kita nyeritain mereka.”
“kasihan tu ceweknya, dasar angga gila”sambil memainkan gaya bibirnya yang ngemonyong.
“husshh…jangan suka ngatain orang yang nggak-nggak. Kamu ini. Gimana kalo kamu yang di bilang gila?
“essehh bu ustadzah ceramah lagi. Lagian kalo aku di bilang gila, aku biasa aja kok.”jawabnya santai  dengan senyum perlawanannya .
“Sangat sadar ya…”sambungku mengejek
“Hahahah…..” aku dan Lilla tertawa. Begitu lah Lila temanku yang satu ini walaupun kepo tetapi suka banget bercanda.
Bel sekolah berbunyi tiga kali. Artinya pelajaran telah usai. Aku dan lila berkemas-kemas. Ketika hendak keluar dari kelas Angga menghampiri aku dan Lilla. Menyodorkan dua buah undangan kearah kami. Kami berdua benar-benar terkejut.
                “Apa ini?” Tanya Lilla dengan wajah heran.
 Aku dan Lilla melongo menantikan kata-kata yang keluar dari mulutnya.
“jadi gini aku. Aku mau buka galeri fhoto aku kan. Jadi nanti malam peresmian sekaligus pembukaan pameran.” Jelas angga dengan suara pelan dan sedikit gugup. Maklumlah kami memang baru kali ini berhadapan langsung dalam pembicaraan dengannya. Terkadang aku pun masih merasa malu ketika harus berdekatan dengannya berpas-pasan di jalan dengannya. Mengingat dulu aku pernah menyukainya. Dan kupikir dia mengetahuinya.
 O gitu…”. Ucapku pelan dengan wajah dingin.bagaikan es.
Kenapa kita diundang?”Tanya miss kepo, sambil memperhatikan wajahnya lekat-lekat.
Ehm..itu.. semua anak kelas xI ipa memang kita undang semua kok.” Jelasnya terbata.
Oh makasih ya”  ucapku masih dengan wajah sedingin es.
Thanks ya! Sambung lilla lagi.
Ya sama-sama” jawab angga. Seraya berbalik pergi.
Melihat tiwul cewek teraneh dan ternorak di kalangan anak kelas XI. Lilla langsung menarik bahunya.”hei…hei…Tiwul…kau di di undang nggak ke galeri angga?
Berbalik arah sambil tersenyum dan merapikan kuciran rambut ekor kudanya.“ya iya to mba…saya udah dikasih dua hari yang lalu malah.saya kan deket sama angga. Semua pada di undang kok mba. Mba ngga di undang ya?”
“ya udah kau sana, “aku hampIr kegeeran. Sedangkan orang yang paling norak bin ajaib kayak tiwul aja diundang, dua hari yang lalu lagi, aku rasa undangan buat kita sisa-sisa    tuh”tutur Lila kearah ku . aku hanya tersenyum.
 
Kau datang?tanya lilla
Nggak tahu nih, malam acaranya .” jawabku
Ayo dong dateng. Mana tahu ada makan gratis. Hihihihi…..”celetuk lilla sembari tertawa cekikikan.
Dasar lilla makan mulu!”godaku.
Biarin”jawab lilla cuek.

Pukul 20.00 Lilla sudah sampai di gallery. Celana jeans panjang usang, di padukan dengan kaos berwarna hiju tua, dengan rambut di kucir berantakan. Memakai sepatu kets usang, dengan tas selempang bertuliskan ‘bali-indonesia’sangat sederhana, lila memang anak yang cuek dalam berpenampilan. Ia benar-benar tidak tampak seperti anak seorang konglomerat. Pengusaha minyak kelapa sawit terkenal di kotaku. Bahkan terkesan seperti anak pinggiran.
Mba bro, ternyata dirimu datengnya.”
Iya, soalnya dirumah nggak ada orang, ortuku pergi ke ondangan, aku tadi diajak, tapi dari pada aku sendiri dirumah atau ikut undangan lebih baik aku dateng ke sini ketemu dirimu, dan kawan-kawan kita, sekalian nebeng ortu juga sih tadi arah jalannya kan sama.
                 Aku dan lilla berjalan masuk ke dalam gedung. Kontras sekali, Lilla begitu tomboy, sementara aku , mereka bilang begitu anggun di dalam balutan rok panjang sampai kemata kaki ber dasar hitam bercorak bunga berwarna hiaju kecil-kecil dan kemeja hijau panjang, dengan jilbab berwarna hijau muda memakai tas selempang hitam dan mengenakan  pan shoes hijau muda.
  Aku lihat Angga sedamg mengobrol dengan teman-temannya. Aku dan Lilla berjalan-jalan melihat fhoto-fhoto di galerinya.
Bagus-bagus ya potonya.? Ucap Lilla membuka pembicaraan.
Iya…yang ini keren ni!” celetukku penuh semangat. Tidak kupungkiri aku memang sangat menyukai karya-karyanya. dan aku juga kagum padanya, usia yang masih begitu belia tapi sudah mampu mendirikan galeri dengan karya-karya yang tidak bisa dibilang biasa, walaupun mungkin ada campur tangan keluarganya dalam hal pendanaan.
Aku dan Lilla tak terasa sudah sampai pada ruang paling belakang. Dan aku tersentak dengan apa yang aku dan lilla temukan. Sebuah foto berlatar  halte bis, dengan seorang wanita tengah membaca buku, diambil dari seberang jalan, dengan orang yang berlalu lalang tetapi kelihatan memudar.  Seolah-olah perhatian sang pemotret hanya tertuju pada gadis itu.
Apa ini? Tanya ku dengan waajah bodoh, tak percaya, heran dan Pokoknya campur aduk.
Ra…ini yang dipoto bukkanya wajahmu ya? Tanya Lilla dengan muka seribu pertanyaan.
Menurutmu? Tanya seakan tak percaya.” Bisa kulihat ini semua edisi potoku mulai saat mos hingga yang paliing terbaru, harus kuakui poto-potoku memang kelihatan cantik dan anggun, di beberapa poto aku malah merasa malu, karena kumerasa sedikit melenceng dari kenyataan. Degupan jantungku kian tak menentu, aliran darahku terasa begitu cepat, aku gemetar.
 Orang-orang didalam galeri mulai memperhatikanku, dapat kulihat mereka memperhatikanku dari ujung kaki saampai kepala. Ada yang kelihatan iri. Ada juga yang simpatik. Tapi ada juga yang tidak perduli sama sekali.
Ini bener-bener kau Ra, orang-orang udah pada liatain kau lo..” seraya melihat sekeliling. “Ada apa sih ini sebenarnya? Jangan jangan…jangan jangan”
Jangan-jangan apa?tanya ku. Nggak sopan itu si angga seenaknya aja ngambil foto orang.” Wajahku memerah. Aku merasa begitu marah.
 Maaf….sebenarnya aku sangat ingin member i tahukannya padamu “
 Aku berbalik menuju arah suara itu. Angga. Apa yang dia pikirkan. Mengapa dia begitu membingungkan. Pertanyaan itu terus memenuhi perasaanku. aku mencoba meredam amarahku.
Tapi setiap kali aku ingin bicara, kau seperti begitu jauh, jadi aku memutuskan untuk diam-diam mengamatimu dari jauh, dan menjadi inspirasi ku.” Sambungnya lagi
Aku tak bisa meredam amarahku juga. “apa semudah itu mengatakan maaf? Kau benar-benar keterlaluan bagiku itu sama saja kau merendanhkanku, aku tidak suka. Aku benci padamu.” Aku berkata dengan perasaan yang campur aduk sedih , marah,malu, kecewa,dan rendah. aku tidak memperdulikan lagi orang-orang di sekitarku, aku tahu mereka memperhatikan aku dan angga. Dan k u lihat lilla masih di sebelahku mengamati lekat-lekat apa yang kami bicarakan.
 Aku benar-benar tidak bermaksud merendahkanmu, aku kau tau aku begitu sulit untuk mengambil poto itu?dari kejauhan mengendap-endap hanya demi kau. Aku... dipikiran ku hanya ada kau.” Jelasnya dengan suara pelan.
Itu bukan demi aku , tapi demi kau, aku nggak ngerti perassaan aku, kau hanya memikirkan perasaanmu. Jujur kau begitu sulit aku nggak ngerti apa yang kau pikirkan”ucapku seraya menahan air mata.
“aku. Kau tahu akau nmenyukaimu sejak saat pertama. Aku mencintaimu, sejak pertama kita bertemu sampai saat ini, tak pernah berubah!” Ucapnya kuat dan penuh tekanan.
Cinta? Kau benar-benar sulita untuk dimengerti. Semua sudah terlambat sudah tak seperti dulu lagi. Mengapa dulu kau tak mengatakannya, mengapa dulu kau malah pergi dengan gadis yang lain kau tahu itu mengahancurkan perasaan ku. Aku sakit. Lalu sekarang seenaknya kau datang lagi. Seenakny akau pergi. Apa aku begitu mudah.”
Bukan seperti itu. Tak pernah ada apa-apa dengan lisa. Itu semua aku lakukan karena aku sebentar lag aku akan pergi jauh, dulu aku berpikir aku tak usah memperlihatkan perasaanku padamu jika pada akihirnya akan meninggalkan luka.tapi sekarang aku sadar aku tak bisa menyimpan perasaan ini sampai mati, aku ingin kau tahu. Hanya ingin kau tahu. maafkan aku hanya ..., mungkin kelak hanya meninggalkan kenangan menyedihkan untuk mu mungkin aku terlalu egois, tapi izinkan aku mengatakan ini sebelum aku pergi hanya itu saja.” Tutur angga panjang lebar menahan tangis.
                Aku terdiam. Aku terharu dengan apa yang dia katakan. Tak terasa pipiku telah basah oleh airmata. Dapat kuarasakan benih-benih cinta itu meulai hadir lagi. Seperti saat dulu namun suasananya sudah sangat jauh bebrbeda. Mungkin dulu aku akan sangat bahagia mendengar pernyataan cintanya, namun kini rasanya begitu menusuk dan ketakutan.
                 Aku benar-benar jahat, telah membuatmu menangis”  Tangan Angga perlahan-lahan mendekati wajahku hendak menyapu airmata di pipiku, sebelum sempat tangannya menyentuh pipiku, aku menepisnya.
                Sudahlah apapun yang kau katakana, itu sudah                Tak mungkin lagi” aku berbalik arah lalu berjalan mencari jalan keluar dari gedung itu.tanpa sadar air mataku kian mengalir.
                “Maafkan aku, telah membawamu dalam masalahku, aku hanya ingin menjelaskan padamu bahwa ada orang yang selalu mencintaimu dengan tulus, aku hanya ingin ketika ku pergi nanti, kau tersenyum ketika mengingatku. Hanya itu saja”. Teriak angga dengan suara bergetar. Aku mendengar cukup jelas yang dikatakannya.  Sementara orang-orang masih tetap menonton mereka, tampaknya mereka kecewa dengan pertunjukkan cinta yang mendadak di pameran itu.
                Gedubrak….Angga terjatuh dari tumpuannya diatas lantai pameran yang mengkilat-kilat. Seketika gedung itu menjadi rIbut, disana-sini. Terdengar banyak derap langkah yang berlari kearahnya.
                Pria tadi jatuh”
Angga……!”
                Angga kamu kenapa?”
                Dan segala ekspresi kepanikan menghiasi ruangan itu.
                Aku yang mendengar keributan itu berbalik kembali kebelakang dan mendapati orang-orang telah mengerubungi seseorang. Hati ku langsung membatin cemas. Tak kusadari wajah ku pucat pasi. Aku langsung berlari kearah kerubungan orang itu. Kulihat angga terkapar dilantai dengan seorang pria yang menahan tubuhnya. Aku langsung saja menggantika posisinya. Bisa kurasakan desahan napas angga yang tak menentu dan berat seperti sangat sulit untuk bernafas.
                Angga kau kenapa?” Tanya ku dengan suara pelan dan gemetar dengan aliran airmata yang kian deras saja.
                Jangan…me..nangis… lag…gi. Aku…sangat menyayangimu…” ucap angga dengan suara tersendat-sendat. Dengan napas yang kian memberat.
                Aku…. Aku juga menyayangimu ngga… kau harus bangkit, kau kenapa?” ucapku dengan suara yang diwarnai isak tangis yang kian membiru. Sementara nafas angga kian memelan. Pelan..pelan dan hilang. Sebuah senyuman terukir menemani kepergiannya.
                Angga…anga.. angga kamu kenapa angga, kau”aku menggoyang-goyangkan tubuhnya yang sudah lemas. Orang-orang sekitar ku sudah kian rebut.jantung ku berdenyut kencang, tubuhku gemetar. Dan napas kian tak menentu.  Aku periksa denyut di nadi tangannya tapi aku tak mendapatkannya disana, aku berpindah keleher, dan aku juga tak menemukannya. Tubuhku serasa seperti mau lepas dari ragaku. Aku tak percaya kenyataanya.
                Angga……, bangun ngga!”aku benamkan angga di pelukkanku.  aku berteriak histeris. Dan beberapa orang mulai mengangkat tubuh angga. Dan tatapanku memudar…pudar…dan gelap.
Sehari setelah Angga dimakamkan baru ku ketahui bahwa Angga ternyata mengidap penyakit kanker otak. Kanker yang merenggut nyawa angga. Merebut Angga dariku. Tapi cinta seorang Angga tetap akan selalu tersimpanmenghiasi hari-hariku. Yang ku tahu cinta akan selalu menjadi cinta, walau yang punya cinta mati, walau yang bercinta mati, tapi cinta akan tetap menjadi cinta.
Ya rabb apakah ini salah? Aku mnyimpan cinta untuk seseorang  dan ia telah mati. Bukankah jatuh cinta tidak salah? Buaknkah cinta kodrat manusia?aku hanya memikirkan pertanyaan-pertanyaan  ini akhir-akhir ini, dalam doaku aku selalu bertanya. Aku menyadari betapa rendah imanku  selama ini. Dan kian lama kian kusadari cinta tak berujung hanya milik allah yang maha cinta. Karena cinta tak tulus angga adalah karena cinta ilahi. Selamat bertemu di akhirat kelak angga, tulus cintamu akan kubawa sampai mati, sampai saat mungkin illahi menyatukan kita bahagia selamanya.


 


Related Posts:

0 comments: