Pukul 05.00 suara panggilan masuk
membangunkanku. “Akh fahri?, inilah saatnya” gumamku.
Bismillahirohmanirrohim...
“Assalamualaikum”
ucapku
“Waalaikumsalam” jawabnya dari seberang.
“ukhty kenapa? Kok sms, telepon ana gak di terge?”. Tanyanya, penuh selidik
“Ana nggak apa-apa, cuman...cuman…”. Perkataanku terputus
“Cuman apa?”potongnya.
Kupejamkan mata berupaya meyakinkan
hati, kuberanikan diri berucap“Kayaknya kita nggak usah ada komunikasi
lagi deh mulai sekarang?” ucapku.
“Apa?”
tanyanya heran. Terdiam sejenak kemudian bertanya lagi. "Kenapa ukh?”
Terasa sesak
didada, namun kucoba meyakinkan hati, sambil beristighfar. Aku beranikan
diri untuk menjawab. “Aku pikir kita sama-sama tahu Akh, nggak
seharusnya kita sedekat ini, kita udah berbuat dosa Akh” ucapku.
“ ….”. Diseberang telepon tidak menyahut.
Beberapa
saat kami terdiam meresapi perasaan masing-masing.
Sejurus
kemudian ku beranikan membuka pembicaraan“Akh biarlah Allah yang mempertemukan bila memang
takdirnya, aku yakin akh pasti akan lebih indah”.
“Ukh ana ngerti, Ukhti betul, maafkan ana.” Jawabnya pelan.
“Akh kita masih muda banyak yang meski kita lakukan, banyak yang harus kita perbaiki dalam diri kita, maafkan ana.” Ucapku
datar.
“Ulfa nggak pernah salah, ana yang salah, Ulfa harus tahu kalau ana mencintai
ulfa karena pribadi Ulfa, Ulfa memutuskan seperti ini, semakin membuat ana
mengagumimu” ujarnya dengan suara bergetar.
“Antum tahu ana lakukan ini karena ana takut kelak diakhiratnya kita saling bermusuhan, Antum
tahukan? Kataku sambil menahan genangan bening itu.
Diseberang aku dengar suara yang tertahan “Maafkan ana, sampai jumpa diwaktu lain dalam
ridhanya, bila mungkin tak untuk bersama, berjanjilah untuk hanya saling
tersenyum saat kita berjumpa”
samar-samar kudengar suara Fahri.
“Assalamualaikum…,” ucapnya
“Waalaikumussalam,” jawabku.
“Maafkan aku juga akh, yang melukai hatimu.tapi percayalah kulakukan ini
untukmu, hanya ada bahasa yang tak mampu aku ucapkan, aku tidak bias
mengingkari kalam-Nya”. Gumamku pilu.
Teringat satu ayat Al-Qur’an yang pernah murobbiku berikan. Q.S Az-Zukhruuf
[43]:67, Allah berfirman: “ Teman-teman yang akrab pada hari itu sebagiannya
menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”.
Adzan subuh sayup menggema keseluruh penjuru kampong, hati yang mencinta tentu
menunggu-nunggu, kemudian bergegas menjumpai yang dicintainya.
Suara beberapa gesekan sandal warga kampong ikut mengisi keheningan
subuh. Berjamaah diwaktu shubuh. Aku pernah mendengar dari ustadzku waktu
mengaji disurau dulu, “Siapa yang melaksanakan shalat subuh berjamaah maka
akan Allah jauhkan darinya sifat munafik.” Begitu katanya.
Aku bergegas keluar kamar, kusaksikan Abah yang sudah siap dengan peci dan baju
kokonya membuka pintu hendak menuju mesjid.
Sementara Umi telah menunggu diruang shalat dengan mukenanya. Adikku Ruby
sedang mengambil wudhu dikamar mandi. Kuputuskan untuk mengambil wudhu di kamar
mandi belakang.
Kesempatan kali ini adikku Ruby yang menjadi imam. Takbir demi takbir terlantun,
hampir terlalai aku dalam shalat memikirkannya, namun hatiku kembali ingat, aku
sedang menyembah Rabb ku.
Aku mencumbu-Nya mesra di sujud terakhir. “Ya Rabb Sang
Maha Cinta… bantu aku mencintai-Mu diatas segala cinta, dan jika aku mencinta,
aku ingin orang yang Kau cinta, agar bertambah daya kami untuk mencintai-Mu”.
BERSAMBUNG
0 comments:
Posting Komentar