Minggu, 10 Mei 2015

Cinta atau obsesi


              Seorang pria memanggilku dari balik pintu kos kami, tanpa basa-basi  langsung bertanya, “Dimana si Mawar (nama samaran) ?”
             Aku menjawab santai “Mawar? bentar ya bang! kutengok dulu,” belum sempat melihat kekamar mawar, kawan satu kos sudah banyak menjawab, “dia pergi ke tempat bouknya,” kata si A, “Dia udah pergi,” kata si B lagi, dan disusul jawaban keroyokan dari mereka.
            “Nggak ada dia bang,” jawabku sekenanya.
            “Ada dia itu…”paksanya, aku yang tak pandai membaca situasi, mencoba meyakinkannya lagi, “Nggak ada lo bang, kutengok lagi ya !” aku kembali melihat kekamarnya, kutanyakan lagi kepada teman sekamarnya, sengaja kukeraskan volume suaraku, kemudian kembali berucap kepada pria itu, “Kan nggak ada dia bang.”
            “Ada dia tuh, sembunyi dia kan ?” dia menyolot, kali ini aku tahu, dia sedang marah. Terjadilah perdebatan kecil antara aku dan dia. Aku kekeuh mempertahankan jawabanku. Namun dia masih saja tak menerima jikalau mantan pacarnya itu tidak ada di kos. Merasa gerah dengan ujaran yang tak berimbang itu, Kakak sekamarku keluar, diikuti beberapa teman kosku yang lain, sempat solot-solotan akhirnya dia mau mengerti.
            Usut punya usut, begini kronologi kisahnya, ternyata si Mawar dengan si pria ini sudah putus, masing-masing mereka telah memiliki pacar baru, namun cerita punya cerita mereka sebenarnya masih saling cinta, si pria yang ego (kurang tahu detailnya) meminta si Mawar kembali, namun Mawar sudah tak mau lagi, maka si pria ini pun kesal. Saling balas membalas PM dengan kata-kata yang tak seharusnya di ucapkan oleh orang yang mencintaimu, menelepon, mencoba mencari segala hal yang mantan lakukan, intinya si pria terlalu cinta, tidak bisa menerima kenyataan bahwa orang yang dicintainya telah memiliki seseorang yang lain yang lebih dicintai oleh mantan pacarnya.
            Jadi teringat quote Tere Liye perihal cinta sejati di dalam novel “Rindu”
            “Cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya. Persis seperti anak kecil yang menghanyutkan botol tertutup di lautan, dilepas dengan rasa suka-cita. Aku tahu, kau akan protes, bagaimana mungkin? Kita bilang itu cinta sejati, tapi kita justru melepaskannya. Tapi inilah rumus terbalik yang tidak pernah dipahami pencinta. Mereka tidak pernah mencoba memahami penjelasannya, tidak bersedia.”
            Ratapan perasaan pria akan kepergian kekasihnya itu seperti kutipan puisi sang pujangga muslim terbesar abad pertengahan Ibnu Hazm El-Andalusy.
            Kini aku kagum pada yang lupa
            Dulu aku kagum pada yang tegar saja

            Kulihat cintamu begitu membara
            Namun, bukan untukku ternyata
            Secuplik kisah, yang katanya percintaan, aku bahkan tak mengerti bagaimana itu bisa disebut cinta jika dua orang beberapa hari yang lalu masih memanggil rindu satu-sama lain, kini menjadi musuh mengerikan karena perasaannya tidak dapat dimenangkan. Tak masuk ke akalku teori cinta itu, bukankah cinta adalah memberi, seberapa sakitpun ia, melihat bahagia orang yang dicintai adalah kebahagian tersendiri. Lalu dapat diklasifikasikan sebagai apa? bagaimana kalau disebut dengan obsesi? Mungkin lebih tepat.
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia obsesi adalah gangguan jiwa berupa pikiran yg selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan.
            Obsesi adalah keinginan memiliki, mencari-cari kepuasan yang lebih dan cenderung cepat bosan, dianalogikan kepada anak muda yang menyukai seseorang, dengan segala macam cara, ia berupaya menjadikannya sebagai pacar, setelah berpacaran dengannya, awalnya ia memang menyayangi pacarnya itu, namun lama-kelamaan rasa sayang itu akan berubah menjadi bosan.
            Berbeda dengan obsesi, cinta dianalogikan seperti pasangan suami istri yang hidup bersama hingga akhir hayat, tulus mendampingi dan saling mengisi.
            Begitulah Cinta ia tulus memberi seperti embun, hadir untuk pergi ia tak mengapa, asalkan sang daun menghijau segar, esok hari ia akan kembali lagi menemani daun hingga akhir mentari menguasai.
            Jadi, pilih yang mana berpacaran, atau menjadi sepasang suami istri ?

Related Posts:

0 comments: