Senin, 06 Juli 2015

Kita Harusnya Tua

06/07/2015 

Ada kejadian unik saat terawih semalam dan aku pikir  patut untuk dijadikan bahan muhasabah diri, kebetulan mesjid tempatku teraweh itu 23 rakaat dan seperti biasa dirakaat kedelapan hampir separuh jamaah sudah meninggalkan mesjid. Tinggallah wanita-wanita tua dan paruh baya. Yang menjadi kejadian unik adalah kebetulan aku mengambil shaf diantara dua orang wanita yang menjadi objek muhasabah. Ada persamaan diantara keduanya , yaitu sama-sama mengalami fase kehidupan, muda menjadi tua. Wanita disebelah kiriku adalah seorang remaja dengan kesehatan dan kekuatan fisik yang baik, sementara disebelah kananku adalah seorang wanita tua yang lemah. Wanita kiri berulang kali mengeluh, raut wajahnya terlihat gerah dan bosan, kalau dituturkan dalam kata-kata mungkin seperti ini, “lama banget sih nih 23 rakaat habis”. Sementara Wanita tua sebelah kananku tidak ada sedikitpun diwajahnya keluhan, bahkan aku tidak pernah mendengar suaranya.
Setiap kali berdiri kembali mengangkat takbir keduanya seperti terkena slow motion. Wanita kiri efek jenuh wanita kanan efek nggak kuat berdiri.  Sebenarnya masalah umurlah yang menyebabkan mereka terkena efek slow motion atau breeze kalau di game-game. Wanita kiri dengan usia belianya, tubuh yang sehat  tidak semangat beribadah, mungkin menurutnya membosankan,  Nggak asyik. Menurutku belum sampai deh ilmu-ilmu kedewasaan ke dia, bahwa setiap yang muda akan tua dan mati. Sementara wanita sebelah kanan memiliki semangat namun fisik tidak lagi mendukung.
Aku membayangkan  jika wanita kiri  adalah  wanita kanan dimasa depan, jika wanita kiri menyadarinya mungkin ia tidak akan menyia-nyiakan waktu mudanya. Dan bisa saja si wanita kiri  merupakan gambaran masa lalu wanita kanan. Alangkah menyesalnya wanita kanan kini diusia tuanya, sempat menyia-nyiakan kesehatan dan keluangan kesempatan yang Allah beri untuk beribadah. Memang tidak ada sebutan kata terlambat untuk menghadap sebelum nyawa dipanggil. Tapi Allah memang lebih mencintai anak muda yang taat daripada Orang tua yang taat. 
Dalam Hadits Qudsi Allah berfirman
Aku mencintai 3 perkara, tetapi cinta-Ku kepada 3 perkara lagi lebih kuat:
Aku mencintai orang fakir yang rendah hati, tapi cinta-Ku lebih kuat kepada orang kaya yang rendah hati.(dia punya sarana untuk berlaku sombong, tetapi ia tetap rendah hati), Aku mencintai orang kaya yang pemurah, tetapi kecintaan-Ku kepada orang miskin yang pemurah, jauh lebih kuat, Aku mencintai orang tua yang taat (kepada-KU), tetapi kecintaan-Ku lebih kuat kepada pemuda yang taat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal ini  juga bersabda,
 “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …”

Dari pengalaman singkat tadi dapat tidakkah kita berharap harusnya menjadi tua? tua dalam persoalan ibadah dibalutan tubuh muda belia. Semestinya begitulah kita muda fisiknya tua ibadahnya. 




2 comments:

Bamzsusilo mengatakan...

abang kalau teraweh 8 rakaat trus pulang. hehehe. jangan ditiru.

Admin mengatakan...

Haha,. Mesjid kami cukup sebelas. Yang terpenting khusu' dan tuma'ninah :) . Gak harus tergesa-gesa