Senin, 06 Juni 2016

Balasan ; Surat Perahu IV


Hai Nus...
Ini bukan puisi untukmu, ini cuma kata-kata yang kurangkai agar bermakna, sejujurnya aku ingin bicara langsung, bukan pada mata, atau lewat antena disisi kepala. Bukan, aku harap kau tahu. Bodohnya aku mengatakan itu, pun kau sudah tahu isi kepalaku, kalau tidak mana mungkin kau melantikku. Pokoknya aku tidak mengkhianati. Kalau pada-Nya aku pikir itu harga mati. janji setiaku kau sudah mengikatnya.
Surat-suratku sudah menumpuk.
Kapan lagi aku berlayar menuju gerbang istanamu ya?
pelayaran terakhir menyesakkanku hampir mati, aku salah berhenti. pelayaran selanjutnya aku ingin pergi lebih jauh lagi, mengambil lencana yang kau janjikan. Aku tidak akan membawa teman, mereka membuatku ketakutan. Kalau karam biar aku sendiri yang tenggelam, tak ada jiwa yang perlu kuselamatkan.
setelah pelayaran  terakhir itu, aku menyadari satu hal, Aku meninggalkan seseorang disebuah pulau untuk menjaganya agar tak terluka karena hantaman ombak, terjangan badai dan hiu yang mengamuk, tapi ternyata ia lebih menghargai orang yang menemani hari-harinya dipulau itu. dia melepaskan kemanapun ku suka. Maka aku tertawa. Hahaha

2 comments:

Bamzsusilo mengatakan...

nice

Mystory mengatakan...

Hahaha bang beng, kayak terpaksa gitu ya comment nya. Hehehe