Selasa, 01 Juli 2025

Kue Coklat yang Tak Pernah Kau Makan



"Adik salah apa, Bang?"
Pertanyaan itu terus terulang di kepalaku, berputar-putar tanpa jawaban, sejak kau tak lagi kembali.

Apa pakaianku tidak pantas saat kita bertemu?
Apa tampilanku tidak sesuai harapanmu?
Atau mungkin caraku bicara?
Atau ternyata… aku memang tak seindah ekspektasimu?

Apa aku sebegitu buruknya?

Padahal aku sangat menyukaimu.
Sudah lama aku tak mengagumi seseorang seperti ini.
Aku suka caramu berbicara,
cara pandangmu yang dewasa,
ceritamu tentang pekerjaan,
tentang harimu,
tentang kebohongan kecilmu yang terlalu kentara itu—tapi tetap membuatku tersenyum.

Aku suka sepenggal kisah kita.
Tutur lembutmu, sikap kekanakanmu, tanggung jawabmu.
Aku suka membayangkan kehidupan pernikahan bersamamu.
Anak-anak bilingual—berbahasa Inggris dan Indonesia.
Kau tertawa, "Abang dulu ketua ekskul bahasa Inggris, dari SMA," katamu bangga.

Aku bahkan membayangkan kita menjelajahi satu per satu kafe di kotaku.
Malam mingguku tak lagi kelabu setelah ada kau dalam angan-angan.

Yang lebih parah, aku menyebut diriku “Adik”, dan memanggilmu “Abang”, seperti kebiasaanmu.
Bukannya merasa risih, aku malah menyukainya.
Percayalah, aku tak pernah merasa se-“Adik” ini pada siapa pun sebelumnya.

Sungguh, aku takut akan akhir yang sama.
Tapi kupu-kupu itu terlanjur beterbangan di dadaku.
Sesaat, aku bahagia dalam ketakutan.

Hingga satu pagi...
Tak ada lagi notifikasi darimu.
Chat malam sebelumnya tak pernah kau balas.
Sehari... dua hari...
Minggu pertama adalah neraka.

Untuk pertama kalinya dalam hidupku,
aku menangis di depan ibuku karena diperlakukan buruk oleh lelaki.
Memalukan, tapi aku sudah tak tahan.
Tangis itu pecah, sesenggukan, di satu pagi yang terasa seperti neraka.
Napas nyaris habis, sesak yang akhirnya tak bisa kutahan lagi.

Saat itu aku sadar—kau tak akan pernah datang makan kue coklat buatanku.
Diam-diam aku menangis, menatap toples yang kusimpan rapi di lemari makan.
Permen yupi yang kupikir bisa kita nikmati bersama, kini terasa getir di lidah, tersangkut di tenggorokan.
Janji untuk menjadwalkan kafe dengan pemandangan pantai pun tinggal angan-angan.

Apa aku pantas diperlakukan seperti ini?
Diabaikan sedingin ini?

Bagian mana dari diriku yang menjijikkan bagimu?

Sungguh, kau patahkan tunas rasaku yang baru tumbuh.
Kau bunuh kejam mawar yang mulai mekar di tepi hatiku.
Kau bakar habis kertas-kertas puisiku, menyisakan abu.

“Ingin mati saja,”
Itu yang terus berputar di kepalaku saat itu.
Tengah malam, saat semua tertidur,
aku menangis dalam diam,
menenangkan kusut di pikiranku sendiri,
menjahit luka dengan tangan gemetar.

Tapi pada akhirnya, aku belajar berdamai.
Aku sadar, bahwa tidak dijelaskan...
adalah bentuk penjelasan paling jelas:
Aku bukan yang kau inginkan.

Rabu, 18 Juni 2025

Lelaki Itu Ternyata Bukan Kamu

 


Aku pernah jadi tenang dalam badaimu.

Pernah jadi hangat di saat dunia menggigilimu.

Kau bilang,

"Makasih, kamu udah selalu ada di saat-saat terburukku."

dan aku tersenyum,

sebab kupikir,

aku rumah.


Kau menatapku, lalu berbisik,

"Kamu orang paling berarti di hidupku tahun ini."

Dan aku percaya, dengan seluruh luka yang belum sembuh, aku percaya.


Tapi kau menusukku pelan-pelan,

bukan dengan pisau,

melainkan dengan pengakuan yang kau ucap seolah tak berdosa:

bahwa kau tidur dengan teman perempuanmu.

Bahwa tubuhmu pernah bersandar pada wanita-wanita lain,

sementara aku,

masih menuliskan namamu di setiap helaan napas.

memujamu seolah kau lelaki suciku yang tak bernoda.

Namun katakan itu tanpa gemetar.

Tanpa getar sesal.

Kau ucap seperti membaca puisi yang tak kau hafal, datar, dingin, seakan jiwaku bukan apa-apa dibanding keinginanmu.

Dan aku

aku yang mencintaimu diam-diam sambil menghapus air mata

tiba-tiba retak dalam diam.

Rasanya seperti tenggelam dalam laut tanpa dasar, menarik napas tapi hanya mendapat garam, merasakan hidup tapi seperti mati perlahan.


Aku ingin hilang malam itu,

ingin menjelma debu,

agar tak lagi sanggup mencintaimu,

agar tak lagi cukup hidup untuk mengenangmu.


Sakit ini bukan sekadar luka,

ini pengkhianatan yang bernafas,

yang tidur di dadaku,

dan berdenyut setiap kali aku mencoba melupakanmu.


Kau ajarkan aku arti “berarti”

lalu menjadikanku tidak penting dalam hidupmu sendiri.


Dan kini,

aku hanya seonggok rindu yang kehilangan tujuan,

sebuah nama yang pernah kau dekap,

lalu kau hancurkan tanpa perasaan.

Lelaki Itu Bukan Kamu


Bertahun-tahun aku membelenggu diriku dalam pelukanmu—pelukan yang tak pernah benar-benar hangat.
Aku kedinginan, menunggumu di sini,
dengan harapan-harapan yang terus kupupuk dengan gigih,
meski aku tahu: tak satu pun tumbuh menjadi nyata.

Di bawah pohon-pohon harapan, aku termangu.
Diam.
Sadar, harapanku tak kunjung berbuah.

Percakapan jam tiga pagi itu…
hanyalah angan-angan orang mabuk—
palsu dan sia-sia,
cuma buang-buang waktu.

Di tengah malam yang gulita,
aku mencari seberkas cahaya
yang bisa menuntunku pulang—kembali pada diriku sendiri.
Namun cahaya itu tak pernah kutemui.
Aku tetap di sini,
sendirian,
merenungi sisa-sisa percakapan kita
yang ternyata hanya aku yang perjuangkan.
Yang ternyata terlalu kupaksakan seorang diri.

Aku menangis,
tapi tak lagi bersuara.
Sudah habis tenagaku untuk mengeluh.
Sampai satu waktu,
aku merasa air mataku pun telah mengering.

Dan di sisi lain,
ingin rasanya aku robek hatiku—
bagian yang masih menyisakan perih yang tak kunjung usai.
Sementara kau…
melenggang pergi, angkuh,
seolah tak pernah butuh,
padahal dulu berkali-kali mengucap terima kasih
karena telah hadir di hidupmu yang kelam.

Pecundang.
Sialan.
Kaulah yang kuberikan cahaya,
dan kau tinggalkan aku dalam gelap yang tak berujung.

Kupikir kita sudah cukup saling mengenal
untuk saling jujur satu sama lain.
Ternyata,
kaulah penipu itu.
Kaulah penjahatnya.
Dan sekali lagi,
kau menyakitiku.

Pecundang—yang justru membuatku merindukanmu
di tengah malam-malam sepi.
Pecundang—yang pernah kuanggap sempurna,
padahal bahkan menyelamatkan dirinya sendiri pun tak bisa.

Tangisku jam tiga pagi,
sakit di tubuhku yang menetap berhari-hari,
semuanya tak cukup untuk mengobati luka
yang kau torehkan begitu dalam.

Kini, wangimu telah pergi.
Atau mungkin,
memang dari awal kau hanya imaji—
tak pernah sungguh nyata.

Bukan,
kau bukan sosok yang kucari.
Bukan kau yang aku harap.

Lelakiku yang baik,
sederhana,
cerdas,
penyayang,
dan kesepian itu—
ternyata bukan kamu.
Itu bukan kamu.
Itu…
bukan kamu lagi.

Dan kini aku bertanya,
apa yang harus kulakukan
untuk tetap hidup dalam tubuh ini,
sementara aku merasa
sudah mati…
dalam hatiku sendiri?

Jumat, 06 Juni 2025

Love Language

www.pinterest.com/just_capricious_girl

Kadang cinta itu seperti bahasa. Setiap orang berbicara dengan aksen yang berbeda, sesuai kebiasaan dan wilayahnya. Misalnya bahasa Inggris yang diucapkan di Singapura, Thailand, atau Indonesia—meski sama-sama bahasa Inggris, aksennya tetap berbeda. Dan itu lumrah. Begitu juga dengan bahasa cinta. Setiap orang punya cara sendiri untuk menyatakan, menerima, dan merawatnya.

Aku sendiri, kalau disuruh menyebutkan dialek cintaku, yang paling lantang selalu quality time. Setelahnya, act of service. Sisanya? Mereka ada, tapi menempati ruang yang berbeda-beda, bergantung pada cuaca hati dan musim yang sedang kujalani.

Quality time buatku bukan sekadar menghabiskan waktu bersama. Lebih dari itu aku ku suka waktu yang kita bagi, tanpa repot-repot menulis rencana, tanpa perlu kata-kata manis yang tak tentu arahnya. Diam bersama pun cukup, asal kamu benar-benar di hadir disana. Ada kelegaan dalam sunyi, ada ketenangan dalam kesederhanaan. Tanpa sadar aku memang seserakah itu meminta waktu, bagian dari hidup yang paling berharga dari apapun. 

Setelah itu, act of service. Aku selalu terharu pada orang yang tak banyak berjanji, tapi langsung menunjukkannya dalam tindakan seperti meminjamkan jaket tanpa diminta. Cinta yang lahir dari hal-hal kecil selalu terasa lebih tulus daripada kata-kata manis yang dilayangkan.

Lalu physical touch sentuhan ringan yang menenangkan, muncul diam-diam di antara tawa dan lelah. Kadang, pelukan lebih fasih berbicara daripada kalimat panjang.

Sementara *gift* dan *words of affirmation* berdiri di samping cukup manis sebagai pelengkap. Aku senang dengan hadiah kecil yang menyimpan cerita, atau kata-kata yang menenangkan di akhir hari. Tapi aku percaya, yang terpenting dari semua itu adalah kebersamaan yang utuh. Bukan hanya ada, tapi benar-benar hadir.

Pada akhirnya, semua ini hanya caraku memetakan apa yang membuat hatiku merasa aman. Karena cinta, meski bentuknya terus berubah, selalu berusaha mencari tempat pulang yang paling nyaman.

Jumat, 30 Mei 2025

Luka Lama


www.pinterest.com

Ada luka yang tak berdarah, tapi masih terasa basah.
Ia diam dalam dada, meski senyum mengaku pasrah. 
Bukan tentang siapa yang menyakiti, tapi kenangan yang tak juga punah.
Bukan tentang tangis yang lantang, tapi diam yang ternyata menyisakan lelah.

Luka lama tak selalu muncul di tengah gelap gulita.
Kadang hadir di sela tawa, saat hati mulai merasa gita.
Satu kata, satu sikap, cukup membuatnya kembali terasa nyata.
Padahal sebelumnya kita kira, semuanya telah mereda.

Orang bilang waktu menyembuhkan, seiring dengan doa yang dipinta.
Namun waktu hanya menutup, tak menghapus perih dan luka.
Ia sembunyi di balik tawa, muncul di saat kita terlupa.
Membisikkan ragu, saat hati ingin kembali percaya.

Kini, ketika ada yang datang membawa cinta dan asa.
Luka lama bergetar, takut akan cerita yang serupa.
Bukan tak ingin membuka, hanya khawatir luka kembali menyapa.
Karena hati yang pernah jatuh, kini lebih pandai menutup mata.

Sabtu, 12 November 2022

Semua Cerita dari Masa Lalu

Aku bukan seseorang yang pandai dalam hal ini, bahkan terkesan bodoh jika dihadapkan dengan masalah perasaan. Tapi lambat-laun semakin bertambahnya usia aku menyadari satu hal, bahwa setiap orang yang datang dan pergi membawa pelajaran berharga dalam hidup. 

Jadi aku merasa berterimakasih atas cinta yang pernah kalian berikan dan perasaan yang pernah kurasakan. Warna yang akhirnya membentukku menjadi pribadi yang lebih dewasa. 

Teruntuk seseorang di masa lalu, beberapa tahun silam. Kadang aku merasa awal semua ketidakberuntunganku dalam hal asmara adalah karena dosa-dosaku padanya dimasa lalu. Mengabaikannya, mengusirnya, dan memintanya pergi jauh adalah apa yang kulakukan dulu. 

Aku masih terlalu muda untuk mengerti cinta itu seperti apa. Yang kuingat aku pernah menyukainya beberapa hari kemudian perasaan itu menghilang begitu saja. Semua berawal dari perasaan kehilangan yang menghantuiku beberapa saat, karena dia tidak kelihatan beberapa waktu. Ternyata itu yang sering disebut cinta monyet.

Untukmu yang sekarang sudah melabuhkan hati pada seorang perempuan ada hal yang ingin kukatakan, bukan hendak mengusikmu hanya saja aku kadang merasa ada keterkaitan di masa lalu. Aku cuma mau berterimakasih atas perasaan yang kau berikan dan minta maaf karena sering berlaku seenaknya. Aku sudah mengerti bagaimana rasanya mengejar seseorang yang kau sukai, meskipun di usir diabaikan berkali-kali kau tetap maju berdiri. Aku sudah mengerti rasanya diabaikan seseorang yang kau cintai. Jadi, aku minta maaf dan berterimakasih sekali lagi atas perasaan yang pernah kau beri. 



Hidup terus berjalan dan masa berlalu. Orang-orang datang dan pergi tanpa kita sadari, orang-orang di masa lalu yang pernah mengisi hari-hari sudah hampir tak pernah muncul lagi, menggantikan kisah usang yang telah diperbaharui. 

Cerita baru di tempat yang belum pernah ku kunjungi. Masa SMA yang katanya penuh romansa, dimana aku mengidamkan punya kisah cinta seperti di cerita-cerita telenovela. Sosok ideal yang kudamba, mirip aktor-aktor tampan yang berseliweran di drama. Tapi sayang ceritaku belum ditulis sempurna karena ternyata perasaanku searah saja. Dan yang paling tak kuduga adalah amin kita yang berbeda. Meski berat tak ada alasan untuk bergerak mendekat. Kuputuskan mundur meski terpukul. Dan hei, ada hal yang ingin kusampaikan padamu. 

"Kudengar kau telah berhasil menjadi pria berseragam idaman cewek-cewek itu. Followers mu di Instagram juga banyak. Nggak heran sih, selain tampan dan mapan kau juga pribadi yang menyenangkan. Gak ada banyak hal yang mau kusampaikan. Aku cuma mau bilang terimakasih kau pernah membuat hari-hariku lebih bersemangat".

Cinta monyet yang tak berarah tujuan akhirnya berganti dengan perasaan yang lebih seriusan. Saat seorang kakak kelas datang dengan seribu harapan yang tak sengaja kugantungkan, hanya berawal dari ejekan. Aku jatuh hati karena kepribadian.



Darinya banyak sekali kubelajar arti cinta yang sesungguhnya. Mencintai berarti melepaskan, kusadari hadirnya merubah jalan hidupku. Aku tak lagi berkeinginan memiliki kisah cinta SMA seperti telenovela dan film korea. Aku hanya butuh cinta yang di ridhoi-Nya. 

Untuk orang ini aku ingin bilang terimakasih sangat banyak, karena munculnya kau di hidupku pernah memberikanku arti bahwa cinta yang suci ada di dunia ini. Kau orang yang merubah anggapanku tentang hubungan pernikahan yang selama ini kuhindari. Walaupun pada akhirnya kau menikah dengan seorang teman yang cukup kukenali, aku tak marah dan berlapang hati. Semoga bahagia senantiasa dalam hidupmu selamanya. 

Aku merasa diri sudah dewasa dalam hal mencintai, tapi ternyata aku salah merasa. Aku masih kekanak-kanakan juga. Dengan cepat rasaku berubah hanya karena penampilannya tak sesuai harapanku, seketika aku jadi ilfil perkara tampilan luar saja. Kusadari kini, aku memang belum bisa menerima kekurangannya. 


Aku terus berjalan dan bertemu seseorang yang banyak membangunkan harapan-harapan dihati. Hadirnya bak lantunan nada-nada yang ku candui. Tak pernah ku mengundangnya hadir namun ia datang tanpa permisi. Tapi ternyata aku tak juga cukup dewasa untuk mengerti. Bahwa cinta tak bisa datang secepat ini, karena cinta Adalah saling menerima dan memahami. Atau barangkali aku memang tak tahu cara mencintai. Darinya kubelajar bahwa penting sekali saling berbicara dan membangun kedekatan diri baru kemudian memutuskan mengenal perasaan sendiri. Cintakah atau sekedar kagum. 

Aku berlari membawa luka hati, sebab perasaanku yang tak kupahami. Pembalasanmu telak menghantam hati, jiwaku remuk tak berbentuk. Melarikan diri mencari suaka, pengobat hati yang hampir mati. Lantas menemukan sesorang tempat berlari, yang lagi-lagi kusadari tak benar-benar ku ingini. 

Kini aku tak lagi serapuh dulu, hatiku telah terbentuk. Perihal lelaki aku sudah punya benteng sendiri. Rasa kecewa dan sakit hati yang tertumpuk sejak dahulu telah membawa diriku kembali. Bahwa tak ada cinta seperti cerita-cerita novel di dunia ini. Dunia ini busuk dengan orang-orang yang tidak tulus. Aku kehilangan sosok lelaki yang membuat ku jatuh hati. Lalu kemudian saat-saat krisis percaya itu, kubertemu dengannya yang membuatku tertarik sejak pertama jumpa. Tapi aku tahu aku tak akan kemana-mana rasa sakit sebelumnya masuh menghantui jiwa, membuatku kembali hilang percaya pada lelaki mana saja. Yang aku takuti dia juga sama. Aku sadar aku telah sekali lagi hilang percaya pada jenis pria yang kuanggap sempurna. Dan aku benar-benar telah hilang arah karena mereka. 

Waktu berlalu, kubertemu sosok yang sangat bertolak belakang dari kisah-kisah sebelumnya. Awalnya biasa saja tapi lama-kelamaan aku menggilainya. Senyumnya, muncul tak mau hilang di kepala. Aku sudah jatuh kan hati padanya dengan cara yang tergesa-gesa. Dengan bodoh aku berharap dia juga membalasnya. Dan aku terjebak dalam mencintai seseorang yang tak kumengerti hatinya. Dia baik, ramah kepada siapa saja, aku tahu aku tidak spesial baginya. Tapi aku memaksakannya, gak mau berhenti terus berjuang denagn harapan nanti pun dia akan cinta. 

Waktu terus berjalan akhirnya kutemukan dia tak akan pernah bisa mencintaiku, karena dia amat sangat berbeda. Aku kecewa mengetahui kenyataan, juga merasa iba padanya. Kuberharap suatu saat dia bisa hidup seperti lelaki normal pada umumnya. Satu hal yang ingin kusampaikan adalah, " Hiduplah dengan baik, jangan menyimpan kesulitanmu sendiri. Kuberharap kau tak kesepian dan kumohonkan pada Tuhan agar kau selalu bahagia. Terimakasih pernah mewarnai hari-hariku yang kelabu. Saat kuhilang arah, kehilangan sosok seorang lelaki yang dapat dipercaya kau datang bak penyembuh." Btw dari nya aku belajar pentingnya beramah tamah kepada siapa saja, sekarang saat aku tersenyum dan menyapa siapa saja. Aku mengingat senyumnya tanpa luka. 

Kosong.  Adalah apa yang kurasakan setelah  aku tau kenyataan bahwa tak lagi berguna mengharapkannya. Seketika aku merasa sangat sepi bahkan tak ada satupun yang bisa aku ajak berbicara tentang apa yang terjadi hari ini. Sepi, adalah hal yang paling kutakutkan meskipun aku selalu melakukan semua hal sendiri. Lalu ditengah kekosongan itu aku bertemunya seseorang yang ternyata melukaiku lebih dalam.  Untuk pertama kalinya aku benar-benar  menggantungkan kebahagaianku pada seseorang seperti orang bodoh. I lost myself dengannya aku tak mengenali  diriku sendiri dan kehilangannya membuatku membuatku mengerti bahwa ternyata ada lelaki yang lebih jahat daripada yang kupikirkan selama ini. Dan aku belajar satu hal bahagia itu kita yang ciptakan, bukan orang lain.

Setelahnya aku bertemu dengan cowok sok keren yang nyatanya sama aja, tapi gak terlalu berkesan. Tapi cukup ngetrigger aku saat itu karena meninggalkan kesan bahwa mungkin memang aku yang tak cukup baik untuk siapapun. Perlakuannya tak terlalu menyakitiku tapi membuatku bertanya-tanya tentang keberhargaan diriku. Tapi sekarang yang kurasakan adalah muak melihat tingkahnya, please jangan sok dekat kita bukan teman apalagi bestiee, bye....

Setelahnya ada dua cowok yang tingkahnya gak jauh berbeda dan juga tidak terlalu berkesan malahan kalau diingat aku merasa jijik. Seperti yang aku bilang aku gak mau kesepian nyatanya kehadiran mereka malah nambah beban. Dari dua orang  ini aku belajar cowok tulus itu langka hargai selagi ada. 

Nah yang terakhir cukup  berkesan karena menyebalkan, aku cukup dibuat stress karena kelakukannya  yang sangat jauh dari kata membuat nyaman. Bersikap seolah sayang tetapi nyatanya cuman penasaran. Membuatku merasa sangat diinginkan nyatanya cuma candaan. Setelahnya sekali lagi aku yakin bahwa yang dapat dipercaya di dunia ini hanya diri sendiri dan tuhan. 

Kisah cinta seperti apalagi yang akan kuhadapi? Aku sudah cukup kuat dan muak dengan semua cerita ini. 









Jumat, 11 November 2022

Sedikit Tulisan yang Tersisa II



Saat aku berkata "Jalani aja dulu," sesungguhnya terbersit ragu, hanya saja hatiku masih memberimu kesempatan untuk bertumbuh menjadi yang ku mau.


Hadirku di hidupmu kutakut menjadi sesuatu yang nanti akan melukaimu, nyatanya kau yang lebih dulu pergi meninggalkanku dengan alasan kau ingin sendiri.

Sulit kuterima karena sesungguhnya kau yang hadir setelah aku pernah memutuskan untuk menyingkir.

Kutau kau bukanlah orang yang kumau dan kusadar aku bukannya ingin tuk terus bersamamu. Lalu kemudian saat rasaku mulai tumbuh sesuka hatimu kau pergi dengan alasan kau ingin sendiri. 

Sedikit Tulisan yang Tersisa I



Beberapa saat telah berlalu, meninggalkan lembaran cerita yang mengisi helai demi helai kisah yang tak jua berujung.Pelukmu yang dulu masih kurasa, hangatnya membuatku bahagia, sesaat ingin kuberhenti disaat rasa menyelimuti kita. 


Katakan kau pernah mencintaiku setulus rasaku padamu. Saat hujan turun sore itu aku masih berharap kau datang dan ucapkan aku akan tetap disampingmu. Aku menunggumu semalaman, berharap kau datang untuk kembali jadikan aku tujuan. Aku terlalu naif  berharap kau akan membuatku percaya. Terlalu berharap kau akan berubah seperti mauku. Terlalu berekspektasi kau akan menyembuhkan luka-lukaku.

Lalu semalaman berubah menjadi kekecewaan, terhitung minggu tanpa kamu aku terus hidup dalam kepura-puraan. Aku masih menangis sendirian saat mengingat kau telah meninggalkanku tanpa alasan yang aku tak paham. 

Kadang saat-saat sepi aku membenci diriku sendiri atas ketidakmampuanku membuatmu bertahan. Aku bahkan tak punya energi untuk menghargai diriku, kemudian beberapa saat semua detik di hidupku adalah mellowdrama. Memalukan memang tapi aku kehilangan arah dan sumber kebahagiaan satu-satunya kala itu, aku benar-benar kesepian dan sendirian.

Aku terus berupaya bangkit seolah aku baik-baik saja, aku bahkan mulai menjadi sedikit jahat kepada beberapa orang, membiarkan mereka masuk ke dalam kehidupanku untuk sekedar membuatku merasa lebih baik dan tidak lagi merasa hampa. Aku sangat minta maaf dan juga sangat  berterimakasih untuk itu. Kehadiran mereka setidaknya membuatku  kembali waras bahwa aku tak seburuk yang aku pikirkan saat itu. Perasaan disayang membuatku kembali merasa hidup  walau tak bisa kupaksa hatiku  masih inginkanmu kembali dan berubah. Meskipun  tentu saja aku tetap harus mempertahankan harga diriku yang tersisa hingga akhir.

Tapi semakin ku berjalan aku semakin merasa bodoh, semua hal yang terjadi memang menyakitkan dan menambah trust issue ku dari hari ke hari. Tapi aku coba terus berdiri mencoba lagi dan lagi. Pada akhirnya aku pun menyadari bahwa nggak ada satu orang pun di dunia ini yang bakal stay, semuanya akan pergi saat sudah tiba waktunya, people come and go dan tugas kita cuma belajar lebih bijaksana dan mengambil pelajaran dari setiap kisah yang sudah dituliskan. Bahkan sebanyak apapun orang yang ada, kebahagiaan kita tidak boleh bergantung pada siapapun. In the end of the day kita cuma punya Tuhan dan diri kita sendiri.

Walaupun terkadang ada saat dimana rasanya aku dengan kebodohanku ini ingin berlari memelukmu sekali lagi, menangis dipelukanmu, sambil meneriakkan  ketelingamu, "Brengsek kau sialan sampah!"

Aku menyesali kebodohanku membiarkan orang sepertimu masuk kehidupku, tapi dulu aku pernah ingin sekali memelukmu,
sekuatnya menahan agar kau tak pergi. Merindukan caramu berbicara dan menatapku, rindu caramu marah, rindu membelai helai rambutmu, rindu menggenggam tanganmu. Merindukan semua tentangmu.



Aku pernah begitu menyayangimu, kau jelas tau itu. Aku juga sangat ingin pergi jauh bersamamu, aku mau tapi ada hal-hal yang tak bisa kutoleransi darimu.

Saat itu aku memang sedang sayang-sayangnya padamu, bahkan jika kau mau aku berubah aku akan lakukan apa saja. Tapi sayangnya aku tak bisa membuatmu merasa cukup dengan hadirku atau barangkali aku terlalu menyusahkanmu.

Aku merindukan kenangan dulu. Sungguh terkadang hadir perasaan itu. Terkadang aku rindu dimana aku menjadi begitu naif  karena menyayangi seseorang. Perasaan was-was dan khawatir, perasaan senang dan marah, kecewa yang berbaur menjadi satu. Semuanya terasa seru.

*Lucu sekali bagaimana aku menangis karena laki-laki yang bahkan tak banyak peran dalam hidupku, tapi jujur dia yang pertama dalam banyak hal yang tak pernah kudapatkan bahkan dari Ayahku sendiri.*

Jujur aku merasa semakin pintar dari hari kehari  yang bahkan membuatku takut aku menjadi benar-benar tak butuh laki-laki.

Minggu, 26 Desember 2021

Actually He is Not My Man

My Man adalah nama kontaknya di ponselku beberapa minggu lalu, sebelum dia katakan kita kembali berteman saja. Aku memilih nama itu tentunya dengan harapan agar dia menjadi A Man seorang Pria bukan lagi A Boy Seorang Anak laki-laki. Aku sadar betul dengan siapa aku berhadapan saat itu, seorang anak laki-laki yang belum menemukan dirinya. Tapi aku bodoh, mengambil resiko dengan menyayanginya.  

Ada alasan lain yang mungkin orang lain tidak akan paham, tapi sifatnya yang kekanak-kanakan membuatku merasa dibutuhkan. Dan anehnya aku menyukai itu. Aku senang bisa mengalah dan bersikap sebagai seorang kakak dan ibu baginya, aneh kan? Banyak orang tak akan memahami itu, aku tahu. Aku memaklumi sikapnya, menganggap dia seperti adik laki-lakiku yang manja dan bertingkah semaunya. Dan walau kesal, aku bisa tertawa karenanya.

Fakta kalau aku menyayanginya membuatku lupa bahwa seorang anak laki-laki akan melarikan diri jika apa yang diinginkannya tidak terpenuhi. Karena dia belum selesai belajar, jadi akan mudah baginya membuat keputusan. 

Perasaan bahwa aku adalah kakak dan Ibu baginya, membuatku selalu memaafkannya. Tapi perasaanku sakit, aku nggak suka kalau aku nggak dijadikan prioritasnya. Aku nggak bisa nerima itu. Aku kesal. 

"Aku masih muda, dan aku masih pengen main-main" adalah kalimat paling selfish dan paling kubenci dari dia. Bagaimana bisa dia menganggap aku mengekangnya, padahal yang paling kubutuhkan adalah keyakinan bahwa aku berarti untuk dia. 

Sekarang aku mau dia tahu salah satu hal yang paling kubutuhkan dalam hubungan adalah kalimat, "Ayo kita kejar mimpi kita sama-sama". Aku selalu bilang, aku nggak akan masalah dia pergi main kemana dan sama siapa pun, asalkan aku tahu pasti aku diprioritaskan. Namun sekarang aku sadar dia manipulatif dan merusak mentalku. Membuatku merasa diriku tidak cukup baik.

Lagipula, jika dia adalah A Man ia mengerti ketika dia memutuskan untuk menjalin hubungan artinya dia sudah rela tatanan hidupnya yang biasa berubah. Tapi dia cuma A Boy yang sibuk melihat dunia luar dan bermain kesana-kemari. Akan sangat melelahkan bila kamu A Woman harus berhadapan dengan A Boy. Karena A Woman hanya akan berpasangan dengan A Man. 

Tapi saat aku menulis tulisan ini aku sudah memaafkannya, aku hampir sudah merelakan semuanya dan mengambil pelajaran. Jika dia membaca tulisan ini aku ingin menyampaikan satu pesan.

"Aku kecewa dan aku marah tapi aku sudah memaafkanmu, aku percaya kau adalah orang baik yang belum selesai dengan pelajaran hidupmu dan kau akan belajar dari itu semua,"

22/11/2021

Minggu, 19 September 2021

Perbedaan Make Up Wanita Indonesia dan Korea

 




Selain memiliki Standar Kecantikan Wanita Indonesia, harus disadari bahwa warna kulit wanita indonesia dan warna kulit wanita asia yang pada umumnya putih adalah berbeda. Warna kulit wanita Indonesia cenderung sawo matang dan kuning langsat. Tentunya hal ini akan mempengaruhi pengaplikasian make up diwajah mereka. 

Selain itu saat ini wanita indonesia banyak sekali yang berlomba-lomba untuk terlihat cantik seperti wanita korea. Mereka menggunakan segala cara mulai dari memakai skin care yang berasal dari korea serta menggunakan make up khas dari negeri ginseng. Sekali lagi kita melukapan keaslian Standar Kecantikan Wanita Indonesia sendiri. Berikut beberapa perbedaan yang mencolok antara make up wanita indonesia dan korea yang perlu kamu ketahui.

1. Foundation
Indonesia


Korea

Dari segi foundation wanita indonesia lebih suka menggunakan foundation yang matte, kesannya lebih berkiblat pada make up barat dan selain itu penggunaan foundation matte juga sesuai dengan iklim indonesia yang panas. Intinya agar foundation gak luntur dan meleber kemana-mana. 
Sementara untuk wanita korea sendiri lebih suka menampilkan kesan kulit wajah yang lembab dan kenyal sehingga mereka suka menggunakan foundation yang terkesan dewy agar keliatan lebih bercahaya dan mengkilat. 

2. Alis


Indonesia

Korea

Untuk alis sendiri wanita indonesia cenderung menggunakan warna yang lebih gelap dan bentuknya melengkuk diatas untuk menampilkan sisi kuat dan berkarakter, alis seperti ini memberikan kesan dewasa pada wajah. 
Sementara wanita korea lebih suka membuat alis dengan warna yang lebih natural dan bentuknya lurus, ini membuat mereka terkesan lebih muda. 

3. Eye Shadow 

Indonesia


Korea

Wanita indonesia biasanya lebih menyukai warna eye shadow yang lebih gelap ditambah lagi bulu mata palsu, sementara wanita korea lebih menyukai eye shadow dengan warna yang lebih muda atau pastel. Kemudia mereka juga suka menambah aksen shimmer di bawah mata untuk menampikan kesan muda dan innocent. 

4. Lipstik 




Perbedaan mencolok juga terlihat dari penggunaan lipstik, wanita Indonesia lebih menyukai lipstik yang matte, sementara wanita korea menggunakan lipstik yang tipis dengan warna yang lembut dan sering dipadukan dengan warna lipstik yang lain atau di ombre.

Itu tadi 4 perbedaan paling umum antara make up ala Korea dan Indonesia, sekarang terserah kamu memilih yang mana. Sesuaikan dengan warna kulitmu dahulu dan yang terpenting kamu lebih percaya diri setelah memakainya.

Jumat, 17 September 2021

Standar Kecantikan Wanita Indonesia




Meme mengenai kecantikan wanita berseliweran di dunia maya. Kebanyakan mengagungkan kecantikan wanita dari fisiknya. Alih-alih perempuan dipandang mulia, perempuan kerap kali dianggap sebagai pemandangan saja. Agaknya ujaran "Dunia ini hanya adil untuk kaum good looking, yang nggak good looking nggak dulu deh" benar adanya.  Kalau kamu cantik urusanmu akan lebih mudah, misalnya banyaknya lowongan pekerjaan yang mencantumkan kualifikasi 'berpenampilan menarik'. Tidak dapat dipungkiri seorang wanita yang cantik akan lebih mudah mendapatkan simpati dari masyarakat tidak hanya kaum lelaki. 

Lalu bagaimana kita sebagai perempuan menyikapi masalah standar kecantikan yang hanya akan memuliakan perempuan ketika mereka cantik tanpa memperdulikan kecantikan sejati yang terpenting yaitu kebaikan hati. Apakah sebagai perempuan kita akan terbawa arus insecurity atau mencoba untuk menjadi cantik seperti yang kebanyakan orang ingini ? Haruskah kita memaksakan diri menjadi cantik hingga nyaris kehilangan jati diri ? Aku tahu yang kau inginkan jawabannya adalah tidak kan ? Aku bilang "Tidak" karena aku tahu seperti diriku kita butuh untuk diyakinkan kalau kita cukup, tidak perlu memikirkan standar kecantikan orang-orang yang terlalu mustahil untuk digapai. 

Berdamai dengan standar kecantikan yang semakin hari, semakin mengikis kepercayaan diri kita saat ini tidaklah mudah, hal ini juga bukan berarti kita harus membiarkan tubuh kita tanpa merawatnya. Tetap harus diingat tubuh yang dianugerahkan tuhan adalah tanggung jawab kita. Untuk menjadi sadar akan standar kecantikan yang berlaku tersebut, perlu kita ketahui apakah yang menjadi landasan standar kecantikan tersebut berlaku di Indonesia.

Asal-usul Standar Kecantikan Wanita Indonesia

Standar kecantikan di Indonesia sendiri sudah ada sejak dahulu kala, standarisasi itu disebut-sebut tumbuh dari cerita pewayangan Rama dan Shinta. Digambarkan bahwa istri Rama yaitu Shinta adalah sosok yang sangat cantik, ia bersinar bak rembulan hal ini ditafsirkan bahwa Shinta memiliki kulit yang cantik dan bercahaya.

Seiring berjalannya waktu standar kecantikan di Indonesia berubah mengikuti standar para penjajah. Ketika kaum penjajah datang ke Indonesia mereka juga menjual produk kecantikan dan memperkenalkan produk tersebut melalui media masanya, contohnya iklan sabun palm oil dalam majalah De Huisvrow.

Standar kecantikan di Indonesia terus berkembang kemudian saat bangsa Jepang menjajah Indonesia standar kecantikan wanita di Indonesia  mengikuti kecantikan wanita jepang yang digambarkan memiliki kulit putih dan standar fisik lainnya.

Seiring dengan perkembangan zaman hadir kehadiran produk kecantikan seperti Viva Cosmetic, Sari Ayu, Mustika Ratu mengembalikan persepi masyarakat Indonesia bahwa cantik itu tak harus putih. Namun seiring berjalannya waktu kehadiran produk nivea dan vaseline membuat standar cantik kembali pada kulit yang putih.

Dierah modern ini pemahaman cantik lebih beragam, standar cantik bisa saja datang dari standar kecantikan Korea dan Eropa, yang jelas standar kecantikan wanita Indonesia selalu saja kehilangan jati dirinya. Bagaikan anak remaja yang belum menemukan identitas, standar kecantikan juga memeta-metakan wanita. Seolah wanita adalah barang yang patut diperlombakan. Terkesan tidak manusiawi dan lost identity, padahal alih-alih berusaha keras untuk diterima di masyarakat lebih baik sadar bahwa yang terpenting dalam diri wanita adalah karakternya. Sebab kecantikan luar masih bisa di bentuk namun kecantikan dari dalam hati adalah yang sejati. 

Kue Coklat yang Tak Pernah Kau Makan

"Adik salah apa, Bang?" Pertanyaan itu terus terulang di kepalaku, berputar-putar tanpa jawaban, sejak kau tak lagi kembali. Apa p...