Jumat, 11 September 2020
Selasa, 11 Agustus 2020
After Marah-marah
Jadi saat mereka sudah tahu kalau aku pemarah rasanya aku merasa bersalah, mungkin karena membiarkan mereka selama ini memandangku sebagai sosok yang kalem dan lemah lembut tak berdaya. Otomatis mereka terkejut dong mengetahui fakta kalau aku ini garang didalamnya, tapi disatu sisi aku merasa sedang tidak pernah berakting untuk jadi sosok sempurna dan baik hati. Aku tidak menyembunyikan apapun.
Hanya saja aku merasa mereka belum tahu aku saja. Selain itu aku juga menyesal pada diriku yang tak bisa mengendalikan emosi tapi juga merasa lega bisa meluapkan amarah. Tapi biarlah, aku tidak mau memaksakan semua orang harus menyukaiku. Hidupku bukan untuk membuat setiap orang terkesan.
Selama beberapa waktu belakangan persisnya selama di kampung aku lebih mudah marah, entah kenapa rasanya emosi terus diubun-ubun. Dan kemarahanku itu jika tak diluapkan akan menjadi sesak di dada dan sakit dikepala. Bahkan pernah aku lakukan self harming. Parah, kondisiku saat ini apa sudah cukup parah?
Aku tahu tabiat suka marah itu tak boleh dipelihara, tidak baik dan merusak citra diri. Tapi masa bodoh, aku hanya ingin hidup seperti manusia yang ketika kesal aku marah, ketika sedih kumenangis, dan saat bahagia tertawa. Tidak ada yang salah dengan itu semua bukan? Yang salah adalah kemarahan yang berlebihan bukan? Tapi entah kenapa setelah marah-marah aku jadi bertanya-tanya. Bagaimana kata-kata ku tadi apakah menyakiti orang lain, apakah terlihat seperti orang jalanan, apakah terlihat elegan, atau bahkan seperti orang gila?
Sesaat setelah marah-marah itu, aku mulai menyesali diri. Aku benci diriku ketika marah berlebihan, dan berkali-kali marah setiap kali aku merasa semua tak sesuai inginku. Aku bertanya-tanya apa orang-orang akan menjauhiku karena aku marah? Aku tidak suka diganggu dan disulitkan tapi aku tidak ingin kesepian.
Jumat, 03 April 2020
Semua Tentangmu
Pexel.com |
Kamu itu adalah rahasiaku. Yang bahkan tak mau kuungkap meskipun pada sahabat dekat. Aku malu, takut mereka tak mengerti. Itu sesuatu yang diputuskan oleh hatiku, karena ia tahu bagian mana yang ia cari.
Kamu adalah sisi lain dari diriku, yang tak banyak orang tahu. Kamu itu aku. Bagaimana bisa aku membenci sisi lainku. Saat aku merasa bahagia dan bebas didalam kurungan kelabu. Kamu adalah ksatria tak dikenal yang hadir dimimpku satu waktu. Sayang itu cuma harapku.
Aku telah memberanikah diri berkali-kali untukmu, coba kau ingat-ingat lagi. Aku melakukannya sebanyak 3 kali. Kau pikir karena apa aku bisa sejauh ini?
Karena itu kamu, karena itu kamu makanya aku tidak mau berhenti. Secara mengejutkan kamu membuatku begitu bahagia dan sedih disaat bersamaan. Tiba-tiba begitu bersemangat dan tampaknya bisa melakukan apa saja. Hanya dengan mengingatmu aku merasa senang. Jenis perasaan seperti apa ini?
Kamu itu notifikasi favoritku. Orang yang kuharap selalu menjadi penonton story ku. Sungguh bisakah kita menjadi nyaman untuk satu sama lain. Tak perlu sungkan untuk berbicara apa saja, aku akan senang hati mendengarnya. Kau juga bisa berbagi rahasiamu denganku, kuharap suatu hari kau mau.
Saling mengirim teks membuatku merasa terhubung padamu, itu sudah cukup bagiku. Lantas apa lah yang kupunya sebagai seseorang yang hadirnya tak terlihat olehmu?
Aku ingin berjuang tapi tak mengerti bagaimana, bagiku perasaan ini memang sudah rusak dari awal.
Aku ini tetap tak mengerti cinta, meskipun sudah kubaca semua buku tentang asmara. Aku tetap bodoh saat dihadapkan dengan kenyataan dan harapan. Aku tetap saja perempuan bodoh yang berharap hanya pada satu orang.
Kamu istimewa, bisakah kamu merasakannya. Kusering lelah ingin berhenti menyukaimu saja. Sebab rasanya tak mengenakkan, tapi juga kunikmati sebagai sebuah tantangan.
Kamis, 26 Maret 2020
Ceritaku si Calon Gagal
Liburan ini aku ingin sendiri. Menenangkan kepala dengan refreshing. Menyendiri dan mengintropeksi diri sendiri diujung tahun ini, itu yang kubutuhkan. Aku tahu persis itu.
Rencana yang gagal, kebuntuan pikiran dan rasa bosan serta kepenatan dan perasaan yang tak menentu, serta serangkaian pilihan-pilihan yang sulit telah kulalui tahun ini. Di penghujung tahun ini kuharap ada suatu yang indah terjadi padaku, yah sebuah harapan kosong yang mengantarkanku pada sebuah kebetulan yang sangat tak mengenakkan. 2019 ku ditutup dengan merelakan seseorang demi sesuatu yang aku pun tak tahu pasti apa itu. Beruntungnya aku masih punya Tuhan, tempat segala harapan dan keresahan ditumpahkan.
Tapi nyatanya semua rencana dikepalaku melenceng, saat aku telah membuat planning jauh-jauh hari untuk berlibur tak disangka-sangka ortu malah yang ngebet pengen ikutan. Yah, mau gimana lagi. Dalam hati aku bilang, lah yang pengen liburan ini sebenarnya siapa, kok malah mereka yang lebih bersemangat. Kayaknya susah banget untuk membiarkanku sendirian.
Akhirnya tibalah kami di , kedua Sibolga. Aku, orang tuaku, dua adikku dan seorang kerabat. Kami menghabiskan 1 malam disana. Tapi bukan tentang liburan ini yang ingin kuceritakan melainkan setelahnya.
Semalam sebelum tidur ada yang mengganggu pikiranku, tentang besok kepulangan kami.
Kami bergerak dari sibolga menuju madina, Jarak dari sibolga kerumah kami memang cukup jauh barangkali ada 12 jam. Tapi bukan itu masalahnya. Semua berawal dari sebuah panggilan dari nomor tak dikenal ke HP Bapakku. Dering HP berbunyi berkali-kali, saat itu kami masih di dalam keberangkatan dari rumah menuju Panyabungan. Karena nomor baru Mamak enggan untuk mengangkatnya sebab Bapak sedang memegang kemudi. Tetapi si HP sudah berdering berkali-kali akhirnya Mamak mengangkat panggilan tersebut, dan sialnya kami sedang di Puncak Sitinjak, dimana sinyal susah nyangkut. Terdengar suara perempuan yang terputus-putus dari seberang sana dan akhirnya mati dengan sendirinya. Meski hanya suara bisa ditebak si empunya suara adalah perempuan paruh baya.
Identitas penelepon baru diketahui saat kami sudah sampai di Padang Sidimpuan yaitu di kontrakan adikku. Ternyata suara perempuan itu adalah Ibu-nya. Nya itu adalah seseorang yang tidak terlalu kukenal tetapi sempat menjadi objek pergulatan dipikiranku untuk beberapa saat dengan banyak pertanyaan-pertanyaan.
Sempat kudengar samar-samar dari percakapan itu wanita itu bertanya pada adikku, "Kakak ikut?"
Saat itu kutahu kali ini aku benar-benar tidak sedang beruntung. Aku sedang berpikir bagaimana aku harus bersikap nanti. Saat aku menghadiri acara itu. Aku bingung dan takut bertindak memalukan. Bukan karena aku menyimpan perasaan. Tapi lebih dari itu ini adalah pergulatan mental, sekali lagi keputusanku untuk tetap jomblo di uji.
Apakah pasangannya cantik, kuharap aku lebih cantik, apakah dia begitu romantis pada pasangannya, itu semua membuatku khawatir, entahlah aku tak tahu kenapa perasaan itu muncul yang jelas aku lah yang membuat keputusan disini. Tak sepantasnya aku yang merasa terluka. Aha...atau mungkin aku takut menyesal pernah menolak keluarga itu.
Aku kacau, memikirkannya saja membuatku buntu, yah aku takut menyesal, aku iba pada diriku sendiri. Saat semua orang berani menambatkan hati dan berlabuh di satu mahligai. Sementara aku ragu, takut dan cemas. Barangkali karena egoku masih tinggi, atau memang dia bukan orang yang kucari selama ini.
Ok lanjut ceritanya, dan keesokan harinya masih jadi waktu bersenang-senang. Tapi itu hanya ekspektasi, kenyataannya aku tak berhenti memikirkan apa yang akan terjadi keesokan harinya.
Mau tidak mau suka tidak suka, aku memang sudah terjebak dalam skenario yang sangat dramatik ini. Niat liburan menyenangkan berubah menjadi mimpi buruk yang kikuk. Aku dengan terpaksa harus menghadiri pesta pernikahan cowok yang harusnya jadi pasanganku jika saja aku menyetujuinya terlepas dari semua takdir yang udah Allah skenariokan.
Ini mungkin terdengar sangat ngenes dan sadis, Mamakku sendiri sempat bilang, "Malang Jodohmu," dengan tatapan penuh iba. Hampir aja aku menjatuhkan air mata. Jika saja kami tak liburan, pasti aku tidak akan terpaksa ikut. Dengan jurus menghindar aku pasti gak akan pergi, tapi kalau udah kejadiannya kayak gini. Aku bisa bilang apa, mentok-mentok bilang aku sakit. Dan itu pasti akan sangat mencurigakan. Secara kita jaga image dong ya, kan kita yang gak nerima perjodohan ini mentah-mentah. Entar juga kalian bakal rasain deh gimana rasanya saat ada orang yang serius, apalagi dia datangnya secara tiba-tiba.
Dan tibalah perjalanan kepulangan, hampir pukul 21.00 kami sampai Panyabungan. Satu orang kerabat kami pulang kerumahnya dan kami meneruskan perjalanan. Kali ini keputusan ada ditangan Bapak. Pulang kerumah atau menginap disini karena sudah terlalu larut. Aku sangat berharap pada bapakku kali ini. Please kita pulang aja please. Dalam hati aku mohon-mohon. Dan terjadilah perdebatan kecil antara Mamak Dan Bapak. Mamak yang kekeuh harus ke pesta besok pagi karena gak enak hati dan bahkan menyarankan nginap dirumah empunya pesta karena memang diminta sama si Ibu tadi, sungguh sebuah ide yang sangat bar-bar dan patut diacungin sendal.
Sementara itu Bapak malah pengennya pulang aja, padahal kondisinya kesehatannya memang gak memungkinkan nyetir jarak jauh dimalam hari begini. Dan aku pada akhirnya cuma bisa pasrah disaat yang bersamaan Hp Bapak berdering telepon masuk membabi buta. Sudah kuduga pelakunya pasti Tuo (Uwak). Fyi Tuo ku ini memang dekat sama keluarga kami meskipun dari keluarga jauh.
Tuo yang kebetulan memang tinggal sendirian dirumahnya yang besar itu. Sudah berkali-kali juga mengundang kami untuk mengunjungi rumahnya, tapi sering tak bisa karena kesibukan yang mengikat dihati-hari biasa. Segan juga selalu berdalih untuk tak singgah, bahkan dia sudah masak banyak katanya.
Sudah diputuskan akhirnya kami nginap juga. Kulihat adikku sudah berlari kealam mimpi. Suasana sunyi dan tinggal aku yang mengerjap-erjap ditengah gelap, bahkan lampu sudah dimatikan tinggal hatimu yang belum ditenangkan. Aku ambil handphone dan menuliskan draft tulisan ini. Sebuah cara menenangkan hati sendiri. Sekarang ini aku lebih optimis karena sudah tak ada celah untuk menghindar lagi. Dan disinilah jiwa-jiwa ke cuekan ku yang sudah tersertifikasi bekerja. Bodo amat ah ngantuk.
Keesokan harinya sekitar pukul 05.30 aku bangun pergi shalat dan sedikit berleha-leha kemudian bersiap. Sialnya aku gugup dan mencoba bersifat bodo amat. Tapi kutahu tak ada yang dipihakku saat ini, barangkali karena tak ada yang pernah merasa, apa yang terjadi padaku. Sakit memang tapi tak apalah memang sudah takdirnya begini. Tak ada yang kebetulan aku selalu percaya itu, dan karenanya aku selalu berani melewati setiap jalan yang menjadi skenarioku. Ku lewati sendiri.
Sulit digambarkan dengan kata-kata perasaanku saat menuju rumah mereka. Aku teringat bagaimana keluarga itu datang lewat adiknya yang berteman baik dengan adikku. Memintaku untuk pertama kalinya saat dia menginap dirumah kami di hari idul fitri untuk beberapa hari. Saat jtu Aku masih sibuk dengan skripsi dan segenggam impian yang kupeluk erat kala itu. Tapi kuabaikan karena kuanggap hanya bercandaan. Orang tuaku tahu dan begitu pun keluargaku. Aku jawab enteng saja aku masih kuliah. Waktu itu Mamakku juga masih membelaku.
Waktu berlalu dan aku tak ambil pusing dengan permintaan itu. Meskipun permintaan itu terus saja menghantui melalui bisikan dan celotehan adikku dan keluarganya. Mamakku pun mulai tampak ragu mengingat kesungguhan keluarga itu. Keluarga baik dan dermawan. Yang membuatku jatuh cinta pada akhirnya. Yah, jujur saja aku memang jatuh cinta kepada keluarganya dari pada anaknya.
Aku perlahan mulai mempertimbangkannya, bahkan dia menungguku sampai wisuda katanya. Yah, Mamaknya sepertinya benar-benar berharap aku jadi menantunya. Hatiku jadi sedih hanya dengan mengingatnya. Tapi aku yang gak tahu diri ini menolak lagi dengan alasan ingin lanjut S2. Yah aku mengecewakan mereka, padahal sampai saat ini aku belum S2 juga hahaha.
Harusnya 2019 kemarin saat hari raya idul adha. Harusnya aku sudah bersanding. Tapi lagi-lagi kutolak mentah-mentah ajakan orang tuanya untuk mengenal lebih jauh keluarga itu dengan martandang dirumahnya (sebuah tradisi suku Mandailing). Harus nya pihak cowok sih, tapi karena dia kerja di luar pulau Sumatera jadi jarang pulang dan gak bisa.
Dan sampailah kami papan bunga berjejeran Di jalan-jalan menuju lokasi pesta. Pesta adat yang khas dengn masayarakat Mandailing. Karena di anak-anak laki-laki satu-satunya jadi pesta dilksanakan dengan meriah dan menyembelih kerbau, pesta juga diiringi musik gordang sambilan. Dan semua hal yang pernah dijanjikan untukku telah ada empunya nya. Sejujurnya aku takut melewatkan seorang yang berharga pada akhirnya. Mengibai diri sendiri bukan saatnya pikirku. Kini aku harus lebih dewasa, bukanakah ini pilhanku.
Semua masih terekam jelas di kepalaku misalnya Ujaran "calon gagal" dari adikku dan adiknya dilontarkan kepadaku. Dan Aku kesal campur iba, bisa bisanya mereka bercanda padaku, tak tahukah mereka membuat pilihan itu sulit dan mempertahankannya lebih sulit lagi.
Dan yang paling berkesan adalah ucapan Ibunya, saat kupelukkan dengan ucapan selamat. Air mataku nyaris jatuh, aku haru ditengah kerumunan orang. Aku sedih, aku kecewa kenapa Ibu tidak jadi Ibu mertuaku saja. Maafkan aku Bu yang tidak bisa menerima anakmu. Bukan karen dia tidak baik, bahkan dia teramat baik sehingga aku tak perlu khawatir, dia akan mudah mendapatkan jodoh di luar sana. maafkan aku dengan keangkuhanku Bu, aku masih merasa tak puas dengan masa mudaku dan apa yang kulakukan untuk berbakti. Aku menolak karena aku masih belum selesai dengan diriku sendiri. Kalian terlalu berharga untuk menerima semua kesedihan dan keegoisan atas harapan dan impianku. Itu semua adalah apa yang aku ingin sampaikn padanya tapi tidak memungkinkan karena keramaian tamu yang datang.
Tapi ada satu hal yang akan selalu kuingat seumur hidupku, "Semoga kamu bisa dapat jodoh yang lebih baik dari ****i," disitu aku cuma bisa mengucap amin dengan lirih. Aku berharap semua yang baik berlaku padaku. Tentang masa depan yang masih abu-abu.
Senin, 17 Februari 2020
Kebebasan seperti apa yang kamu cari?
Kamu memutuskan untuk bebas dari apa saja, menyedihkannya kamu merasa tidak benar-benar dijalan yang tepat. Sedikit kekanan atau kekiri kamu masih belum benar-benar yakin. Kamu bertanya pada hatimu kebebasan seperti apa yang kamu cari. Tapi kamu lagi-lagi terjebak pertanyaan sendiri. Kamu bahkan tidak terlalu yakin punya ambisi. Duh, kamu semakin gamang dari hari ke hari. Sedikit ilusi dan secangkir motivasi gak bisa mendobrak reality.
Selasa, 31 Desember 2019
Memahami Alasan Tak Siap Nikah
Rabu, 11 Desember 2019
6 Kebiasaan Ini Buat Kamu Tetap Tenang Saat Semua Tak Sesuai Harapan
Tetap tenang biar semua nggak makin runyam
Cosmopolitan.com |
Kita sering menjadi panik dan cemas ketika hal-hal yang kita harapkan tidak berjalan sesuai keinginan. Akibatnya kita sering menjadi stres, sulit tidur, bahkan menjadi tidak produktif karenanya.
1. Ambil napas dulu
Health.com |
Memang terasa nyesek saat apa yang kamu harapkan gak sesuai kenyataan. Ketika yang kamu perjuangkan tidak membuahkan hasil yang sepadan. Saat semua itu terjadi pasti ada rasa kesal, marah, lelah bahkan mengutuki keadaan.Ketika semua perasaan itu campur aduk dan memenuhi rongga dada percayalah terkadang yang kamu butuhkan adalah menyadari keberadaan dirimu.
2. Ayo bernyanyi
Popsugar.com |
Bernyanyi secara tiba-tiba saat di tempat umum atau kantor memang sedikit aneh. Tapi siapa peduli selagi nyanyianmu tidak benar-benar mengganggu orang lain. Mulailah dengan duduk dengan santai tutup matamu dan bernyanyilah sepenuh hati. Lepaskan rasa kesal dan buang rasa tertekan itu.
3. Bicara lebih banyak
Brocku.ca |
Mencurahkan isi hati pada orang terdekat atau berinteraksi lebih banyak pada orang lain juga membantumu untuk tetap tenang. Dengan lebih banyak percakapan dan interaksi kamu sesaat jadi melupakan semua rasa tertekanmu, bahkan kamu bisa mendapatkan suntikan semangat lagi.
4. Jauhkan gadget
Nj1015.com |
5. Berdoa dulu
Desiringgod.com |
Saat kamu sedang merasa tertekan salah satu obat terbaik untuk tetap tenang adalah berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Berdoa untuk kebahagiaanmu dan apa pun yang terbaik untukmu. Berdoa juga sebagai bentuk penyerahan diri setelah kamu cukup berupaya.
6. Lakukan hobi
Lifehack.org |
Jika kamu senang berkebun maka berkebunlah, jika kamu suka menulis maka menulislah, jika kamu tertarik dengan suatu hal maka lakukanlah sekarang. Alihkan energimu untuk hal-hal yang bermanfaat. Sehingga kamu tidak banyak menghabiskan waktu untuk bersedih dan mengutuki diri. Percayalah terkungkung dalam kegalauan hanya akan membuatmu lebih terpuruk lagi.
Kamis, 03 Oktober 2019
Merengkuh Sunyi
Minggu, 22 September 2019
4 Hal Ini Harus Cewek Pasif Lakukan Agar Segera Menemukan Cinta
Soompi.com
|
KDrama.com |
Pexels.com |
Soompi.com |
Pexels.com |
Sabtu, 07 September 2019
Sunyi Sejumput Kopi
Kopi dengan banyak gula adalah yang kubutuhkan saat ini, maaf Aku tak minum arak kemudian lupa diri sendiri.
Pagi, terlalu pagi untuk bangun dari mimpi. Miliaran mimpi yang katanya harus di jadikan nyata, tapi bukan dengan tidur Saja.
Malam, terlalu Malam untuk tetap terjaga dalam buaian angin perasaan yang menerjang sampai ke Mata, berair. Aku kepinggir.
Malam dahaga, Aku kehausan pada rasa haus akan keberadaan. Sebuah kenyata pahit yang lahir dari keputus asaan. Aku kesunyian.
Kutatap jendela, ingin lari dari sana. Kutatap kakiku, kuingat hatiku. Masih sunyi kau.
Ke dapur Aku lapar, makan air, minum nasi berulam sunyi.
Sudah siang aku kepanasan tapi dingin tak hangat, napasku tercekat setelah kulihat semua berkhianat, keparat.
Rongga-rongga sunyi kemana diisi? Hatiku tak bernyali sekali lagi aku lari. Ruang-ruang hampa terpadu dalam lara, sari sebuah drama yang bukan aku pemeran utamanya.
Sabtu, 03 Agustus 2019
Surat perahu VI
Tuan selamat malam dari ku yang jauh ber mil-mil jarak padamu. Aku hanya ingin tahu apakah kau baik-baik saja? Aku tak akan menemukan jawabannya kecuali kau membagikan cerita dan kita bisa berbicara.